Jumat, 03 Oktober 2014

SD Negeri II Mangunharjo Kebumen Riwayatmu Kini

Sisa-sisa peninggalan SDN II Mangunharjo
Sore itu langit bersih sinar matahari sudah mulai berubah warna menjadi kejinggaan, bertanda hari akan berganti menjadi malam. Saya masih asik melihat burung merpati yang ada dalam sangkar dan keceriaan orang-orang sambil memainkan burung merpati. Tampak beberapa burung merpati terlihat menukik dari angkasa sementara seseorang sibuk mengibaskan tanganya sambil memegang burung merpati. Begitulah suasana di halam bekas sekolah setiap sorenya.

Yah.... halaman sekolah yang cukup luas, sesekali pandangan mataku berkeliling kepenjuru sudut halaman. Terdapat sebuah bangunan yang berantakan dengan puing berserakan di sekitanya, pikiranku menerawang ke masa lalu. Bangunan itu dulu adalah ruangan kelas yang pernah ku tempati ketika saya masih kelas IV SD. Kemudian bangunan di belakanganya  adalah bekas kamar mandi / kamar kecil, disumur itulah ketika ku kecil saat musim kemarau Bapak saya dan saudara-saudaraku sering mengambil air, karena sumur dirumah kering. 

SDN II Mangunharjo adalah sekolah impres dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan,. Saat itu pemerintah sedang menggalakan wajib belajar 6 tahun maka tidak heran setiap kelurahan bermunculan sekolah-sekolah baru. SDN II Mangunharjo di prioritaskan untuk anak-anak desa Bulupayung dan Duduhan. Sekolah pada saat itu hanya ada di Desa Pecangkringan untuk ukuran pada jaman itu sangatlah jauh jarak tempuhnya. Saat itu moda transportasi adalah sesuatu yang mahal walaupun hanya sekedar Sepeda ontel.
.
Pintu gerbang sekolahanku dulu

Seingat saya SDN II Mangunharjo berdiri tahun 1977 tapi resmi digunakan tahun 1978. Saat itu semua anak-anak Bulupayung bersekolah ke desa Pecangkringan dengan berjalan kaki tanpa sepatu. Pada saat peresmianya anak-anak kelas satu sampai kelas empat yang tinggal di desa Bulupayung dan Duduhan yang bersekolah di SDN I Mangunharjo dianjurkan pindah ke SDN II. Dengan diiringi kesenian kuda lumping dan Barongan saya dan teman-teman seusiaku berjalan kaki dari SDN I ke SDN II. Kegembiraan terpancar dari setiap wajah-wajah kami, karena kami akan bersekolah ke yang lebih dekat.

Banyak manfaat dengan keberadaan sekolah tersebut, selain kami tidak lagi jauh berangkat sekolah, gedung sekolah tersebut juga sering dimanfaatkan oleh masyarakat desa Bulupayung untuk mengadakan pentas seni atau berbagai kegiatan yang bersekala besar karena memang desa kami tidak mempunyai gedung pertemuan. Selain itu juga ketika penduduk desa Bulupayung mempunyai hajat sering memanfaatkan kursi dan meja sekolah tentunya melalui ijin dulu kepihak sekolah.

Seiring waktu berjalan sekolah tersebut berkurang jumlah siswanya, bukan karena tidak ada peminantnya tetapi usia wajib sekolah semakin sedikit. Mungkin juga usia keluarga muda di desa Bulupayung sedikit akibat dari banyaknya urbanisasi anak-anak muda, atau juga berhasilnya program KB yang digiatkan oleh pemerintah. 

Sekitar tahun 1997 resmilah SDN II Mangunharjo ditutup selain jumlah siswanya berkurang bangunanya juga tidak layak untuk ditempati. Karena berbagai alasan bangunan sekolah tersebut tidak diperbaiki atau bahkan direnovasi.

Banyak cerita yang bisa diingat, disitulah saya dan temen-teman belajar, bermain dan bercanda, berantem dan bersahabat. Di belakang sekolah itu saya dan teman-teman memetik buah salam ketika waktu istirahat, menikmati jajanan milik Wa Suwuh dan Wa Sudi. Di halaman sekolah itu saya dan teman-teman bermain gelang karet, bermain pentak umpet, berlari-larian. Di sekolah itulah saya dan teman-teman melakukan kegiatan Kepramukaan dengan bimbingan pak Suratman, belajar menari dengan bimbingan pak Daryan melakukan pentas seni tari dan sempat belajar beladiri setiabudi dengan bimbingan pak Sugeng.

Apapun namaya sekarang SDN II Mangunharjo tidak akan kulupakan, buku rapot dan ijazah yang kusimpan dilemari saat ini masih tertera namamu dan ku kenang selalu guru-guru yang mengajar dulu seperti Bapak Wasio, Bapak Sri Budiono, Bapak Jaelani, Bapak Tuslan, Bapak Saheri, Bapak Suratman, Bapak Sudarjo, Bapak Samingun dan masih banyak lagi.

Karena hari mulai gelap akhirnya kami membubarkan diri dan kembali lagi pada esok sorenya masih dalam rangka kegiatan yang sama yaitu main burung Merpati. Begitulah suasana halaman sekolah SDN II Mangunharjo sekarang, tidak ada penyesalan sekolah runtuh tetapi disitulah kami dibentuk, yang akhirnya saya menjadi sekarang ini... BANGGA.?, itu pasti..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar