Rabu, 01 Juli 2015

Tradisi Sungkeman Hari Raya Indul Fitri

Apa kabar sobat semua ? Alhamdulillah sebentar lagi kita akan merayakan hari raya lebaran, hari yang teristimewa buat kita semua umat Islam. Setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa menahan nafsu, lapar dan dahaga. Di hari raya Idul Fitrilah kita tumpahkan dan lampiaskan rasa kegembiraan dan kemenangan. Sudah jadi hal yang lajim bagi kita umat muslim, Idul Fitri adalah moment penting dan indah. Apalagi saat waktu acara sungkeman.

Sungkeman adalah istilah yang sudah sangat populer terutama bagi orang Jawa dan umumnya bagi masyarakat Indonesia. Tradisi ini sudah ada sejak jaman nenek moyang dulu, Orang Jawa menggunakan istilah ini untuk menggabarkan aktivitas ritual keagamaan, terutama umat Muslim. Tradisi sungkeman ini pada umumya biasanya dilakukan di kalangan kerabat dekat, yang punya tujuan saling meminta maaf antar kerabat. Sungkeman bukan semata-mata berjabat tangan ada autaran atau tata caranya.

Acara sungkeman ini dilakukan setelah menjalankan sholat sunah Idul Fitri secara berjamaah di tempat terbuka atau didalam Masjid. Kemudian secara tradisi yang merasa lebih muda akan berkunjung kekerabat terdekat untuk mengucapkan ucapan selamat hari raya Idul Fitri dan mengucapkan permohonan maaf kepada yang lebih tua dari dirinya, baik dari segi umur ataupun secara kedudukanya dalam sisilah keluarga atau didalam masyarakat. Tentunya terlebih dulu ke orangtua kandung dulu. Dalam proses berkunjung itu orang yang lebih muda menyatakan permohonan maafnya baik yang disengaja maupun yang tidak secara bersimpuh dan berjabat tangan kepada yang lebih tua. Untuk kemudian orang yang dianggap lebih tua dengan kebesaran hatinya mengabulkan permohonan maaf tersebut.

Sungkeman sendiri dilakukan secara berurut dari yang dituakan. Misalnya dalam keluarga besar ada Kakek, Nenek, Budhe, Om, Anak Budhe, Anak Om, maka urutanya adalah : Budhe sungkem ke kakek lalu ke nenenk. Om sungkem ke kakek lalu ke nenek, lalu ke budhe. Anak budhe sungkem ke kakek lalu ke nenek, lalu budhe kemudian ke om. Dan terus bergilir hingga semua anggota keluarga besar sudah melakukan sungkeman.

Sungkeman dilakukan dengan menundukan kepala ke lutut kerabat yang dituakan, dan biasanya akan terucap kalimat dalam bahasa jawa seperti ini ;

Ngaturaken sembah pangabekti kawulo sepinten kelepatan kulo ingkang mboten angsal idining sarak, dalem nyuwun pangapunten. Mugi lineburo ing dinten riyadi puniko.

atau

Ngaturaken sembah pangabekti kawulo, sepinten kelepatan kulo, lampah kulo setindak, paben kulo sakecap ingkang mboten angsal idining sarak, kulo nyuwun pangapunten mugi lineburo ing dinten riyaya puniko.

atau yang lebih sederhana

Ngaturaken sugeng riyadi, nyuwun pangapunten sedoyo kelepatan kulo, nyuwun pangestunipun.

Yang maksudnya adalah yang muda meminta maaf dihari lebaran ini agar semua kesalahan baik yang sengaja maupun yang tidak sengaja karena sebagai anak muda kadang tingkah lakunya kurang sesuai dengan aturan norma-norma yang ada.

Biasanya kalimat tersebut akan dijawab dengan permohonan maaf kembali dan disambung dengan doa harapan dari kerabat yang dituakan dan diamini oleh yang sungkem. Dan semua itu dilakukan dengan menggunakan bahasa jawa sesuai tingkat usianya.

Dengan tradisi sungkeman ini pula, kita dapat mengetahui bahwa masyarakat Jawa masih memiliki kebutuhan untuk hidup bermasyarakat. Selain itu tradisi ini juga menunjukan bahwa mereka memiliki kemampuan meredam egoitas yang bersifat individualis dan cenderung primitif. Mereka memiliki pandangan dan keyakinan bahwa dengan ketulusan meminta maaf dan memaafkan orang lain maka jiwa akan kembali suci seperti bayi yang baru lahir dengan tidak membawa dosa. Sekiranya tradisi mulia ini akan terus langgeng dan lestari agar tercipta masyarakat yang rukun dan damai

Tetapi dalam kenyataanya saat ini tradisi sungkeman secara perlahan sudah mulai ditinggalkan, kurang jelas apa penyebabnya . Apakah tradisi ini terlalu ribet atau memang penguasaan bahasa jawa yang kurang. Dibutuhkan kepedulian dari semua pihak terutama para orang tua agar selalu mengajarkan atau menguri-uri agar tradisi sungkeman ini tidak hanya sebagai cerita atau tulisan-tulisan diartikel koran atau blog di internet. karena dampak tradisi sungkeman sangat luar biasa besar manfaat yang ditimbulkanya. Demikian celotehan saya, tak lupa saya mengucapkan Taqobbalallahu Minna wa Minkum, mohon maaf lahir bathin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar