Sabtu, 24 Desember 2011

Genteng Sokka Kebumen



Saat saya sedang asyik menonton acara sinetron tiba-tiba terputus oleh iklan. Liat tampilan iklan, saya menjadi tertegun terbayang sebuah daerah di kabupaten Kebumen yang tidak jauh dari kampung saya. Daerah tersebut terkenal dengan penghasil genteng. Iklan tersebut menayangkan produk atap rumah bermerek Sokka. Dalam benak saya kenapa mereknya Sokka ?, adakah hubunganya dengan genteng Sokka ? atau ini menjiplak nama Sokka ?.
Kebetulan daerah Sokka tidak jauh dari kampung halaman saya sedikit banyak saya tau tentang pabrik genteng tersebut. Cerita asal mula genteng Sokka yang saya terima dari mulut ke mulut dari warga asli Sokka dan sekitarnya kurang lebihnya sebagai berikut : 
Sebelum ditemukanya genteng di daerah Kebumen kebayakan warga rumahnya menggunakan rumbia sebagai atap rumahnya, tentu banyak mengundang hewan untuk berserang di tempat itu seperti ular, serangga dan tikus. Maka akibatnya banyak warga yang terserang penyakit pes. Belanda tidak tinggal diam karena apabila warga terkena penyakit maka Belanda akan di rugikan karena tidak bisa mempekerjakan warga sekitar. Maka Belanda mengirimkan tim kesehatan untuk memberantas penyakit pes tersebut yang penyebab utamanya adalah tikus.

Itu terjadi sekitar tahun 1920-an. Saat itulah ahli kesehatan dari Belanda dan warga dusun Sokka mencari alternatif lain untuk membuat atap rumah selain daun rumbia, maka ditemukanlah genteng dari tanah liat. Karena awal didirikan pabrik genteng berada di daerah Sokka, dan untuk pengiriman genteng yang berjarak dekat menggunakan gerobak yang di tarik dengan kuda atau sapi maupun kerbau, tapi untuk pengiriman genteng yang jaraknya cukup jauh, sampai keluar kota, menggunakan alat transportasi kereta api.Kebetulan stasiun yang terdekat dengan pabrik genteng adalah stasiun Sokka sehingga tempat bongkar muat genteng terjadi di stasiun Sokka, sampai-sampai dibuat jalur rel kereta api dari stasiun ke pabrik genteng. Dari situlah mengapa genteng kebumen terkenal sebagai genteng Sokka. Pertama kali, Belanda mendirikan sebuah pabrik genteng di Kebumen tepatnya di Desa Pejagoan. sekarang bekas pabriknya sudah berubah menjadi gedung SMP Negeri 1 Pejagoan. 

Sebetulnya jauh sebelum penduduk sekitar menjadi pengerajin genteng sudah memiliki ketrampilan membuat gerabah dari tanah lempung. Yaitu sebelum abad ke 20, hasil kerajinannya meliputi tengku, gentong, padasan, jambangan, kendil, cowek, dan sebagainya. Bahkan sampai sekarang keahlian turun temurun tersebut masih banyak di jumpai terutama di daerah Gebangsari Kecamatan Klirong yang terkenal dengan sentra gerabahnya di kabupaten Kebumen. Karena memang jenis tanah di sekitar Sokka, Wonosari, Sruweng, Klirong sangat cocok buat bahan gerabah.

Sampai sekarang masih banyak dijumpai pengerajin genteng, apabila anda berkunjung atau kebetulan melintas daerah Kabupaten Kebumen pasti akan melewati daerah Sokka. Di sisi kanan kiri jalan antara Kecamatan Pejagoan hingga Kecamatan Sruweng akan banyak di jumpai tempat-tempat pembakaran genteng yang menyerupai rumah joglo rumah adat jawa. Di kawasan itu juga tampak deretan rumah/ruang penyimpanan genteng, termasuk dari bekas-bekas rel dari dalam pabrik yang tersambung menuju Stasiun Sokka.

Karena mereka berasal dari penduduk dusun Sokka maka sudah pasti mereka akan melabelkan nama Sokka sebagai identitas produk mereka. Selain itu konsumen genteng sekitar lebih suka menyebut nama Sokka. Dalam perkembanganya genteng Sokka semakin meluas dan banyak desa-desa di sekitar desa Sokka mengikuti profesi mereka membuat genteng.
Dan untuk wilayah Jawa Tengah genteng Sokka sudah tidak asing lagi bahkan konsumenya sudah sampai Jakarta hingga luar pulau Jawa. Seiring jaman pengrajin genteng Sokka mulai menurun bukan karena peminatnya berkurang tetapi karena kalah bersaing dengan pabrik-pabrik besar seperti pabrik atap press yang kebetulan mereknya memakai nama Soka, yang gencar mengiklankan di televisi. Selain itu juga moda transportasi dari kereta api menjadi truk cukup berpengaruh pada industri genteng Kebumen. Belum lagi, sentra-sentra genteng di luar Kebumen, seperti Jatiwangi, Cikarang, dan Karangpilang juga berkembang cukup pesat.

Kondisi tersebut diperparah, sebagian besar pembangunan terpusat di Jakarta. Para pengguna pun mulai meninggalkan genteng Kebumen karena biaya transportasi yang dibutuhkan cukup tinggi dibandingkan dengan Jawa Barat. Hal itulah yang membuat pamor genteng Sokka menurun. “Pengguna lebih memilih genteng dari pabrik yang terdekat.

Yah itulah sekelumit kisah genteng Sokka yang tersohor sampai sekarang..

Sabtu, 10 Desember 2011

Benteng Van der Wijk Gombong



Kota Gombong adalah kota terbesar kedua di kabupaten Kebumen. Kota yang merupakan pusat pemerithana kecamatan ini adalah merupakan tempat transit ke berbagai obyek wisata diantaranya ke pantai Logending, pantai Karangbolong, pantai Pedalen, Goa Jatijajar, Goa Petruk dan waduk Sempor. Di kota ini juga terdapat pusat pendidikan militer milik AD TNI. Kota Gombong dalam sejarah perjungan kemerdekaan Indonesia juga mempunyai cerita penting, terbukti dari banyaknya bentuk bangunan di masa kolonial. Kalau kita berkeliling kota akan banyak di jumpai bangunan kuno peninggalan kolonial Belanda dan yang paling menarik terdapat bangunan benteng yang mempunyai nilai sejarah tinggi..

Benteng ini adalah benteng pertahanan Belanda yang di bangun sekitar abad ke 18, didirikan atas prakarsa Jendral Van den Bosch, sedang nama Van Der Wijck adalah berasal dari nama komandan militer yang saat itu mempunyai karier cemerlang karena mempu meredam perlawanan rakyat Aceh dan konon mampu memenangkan berbagai peperangan di Indonesia. Pada awal berdirinya  benteng ini diberi nama Fort Cochius (Benteng Cochius) yaitu nama seorang Jendral Belanda Frans David Cochius (1787-1876) yang pernah bertugas di daerah Bagelan (daerah Kutoarjo). Tidak ada catatan yang pasti dalam sejarah kapan dimulainya pembangunan benteng tersebut, tetapi ada yang memperkirakan sekitar tahun 1827.

Benteng ini adalah merupakan barak militer yang awalnya digunakan untuk meredam kekuatan pasukan Pangeran Diponegoro. Karena kehebatan beliau yang juga didukung pemimpin pemimpin lokal de selatan Jawa. Belanda menerapkan taktik benteng stelsel yaitu pembangunan benteng di lokasi yang sudah dikuasainya. Tujuanya adalah untuk memperkuat pertahanan sekaligus mempersempit ruang gerak musuh, terutama di karsidenan Kedu Selatan. 

Pada saat terjadinya peperangan Pangeran Diponegoro sekitar 1825-1830, Benteng Van Der Wijck digunakan sebagai tempat pertahanan. Meski demikian ada sejumlah ahli yang yakin kalau benteng tersebut bukan merupakan benteng pertahanan, melainkan sebagai benteng logistic dan Puppilen School atau sekolah calon militer. Secara pasti memang tidak ada sejarah yang mencatat secara persis untuk apa benteng itu digunakan.

Pada saat Indonesia di kuasai Jepang Benteng ini pernah di fungsikan untuk tempat latihan tentara Indonesia bentukan Jepang yakni PETA sebagai pasukan tambahan menghadapi Sekutu Di jaman itulah seluruh tulisan yang ada di benteng dicat hitam. Kemudian dimanfaakan untuk tentara Indonesia. Bahkan semasa KNIL, penguasa Orde Baru, Soeharto menjadi salah satu penghuni benteng tersebut.

Ciri paling khas Benteng Van Der Wijck adalah segi delapan/octagonal dengan luas mencapai 7.168 meter persegi. Tinggi benteng mencapai 10 meter yang terdiri dari dua lantai. Teba dinding 1.4 meter dan tebal lantai1.1 meter. Hamper seluruh bangunan bentuknya adalah tembok. Termasuk atapnya yang berasal dari bata merah. Di lantai satu dan dua terdapat masing-masing 16 ruangan besar dengan ukuran 18 x 6.5 m. Sementara ruang kecil di lantai satu berbagai macam ukuran ada 27 ruangan, sementara di lantai dua terdapat 25 ruangan. Pada lantai satu terdapat empat pintu gerbang, 72 jendela, 63 pintu antar ruangan maupun pintu keluar benteng, 8 anak tangga ke lantai dua serta dua anak tangga darurat. Sedangkan di lantai dua, terdapat 84 jendala, 70 pintu penghubung dan empat anak tangga ke bagian atap.

Sekarang, kompleks benteng ini menjadi Sekolah Calon Tamtama dan barak militer TNI AD. benteng ini juga menjadi obyek wisata andalan daerah Gombong dan sekitarnya. Pihak pengelola melengkapinya dengan taman bermain anak seperti kincir putar, perahu angsa, mobil-mobilan dll. Selain itu, juga disediakan kereta mini yang mengangkut pengunjung dari pintu gerbang utama menuju benteng yang jaraknya lumayan jauh. Untuk lebih menarik minat pengunjung pengelola menambahkan patung dinosaurus raksasa yang membuat anak-anak menjadi senang dan gembira. Dan deretan warung-warung makan yang beragam untuk memanjakan pengunjung Benteng Van der Wijck.

yang paling menyedot perhatian pengunjung adalah kereta mini persis di atas benteng. Dengan kereta ini pengunjung bisa mengelilingi benteng dan menikmati pemandangan di sekitar benteng, seperti menyaksikan prajurit TNI yang sedang berlatih di lapangan tak jauh dari kompleks benteng. Cukup dengan tiket Rp 5000 per orang, pengunjung bisa menaiki kereta mini selama sekitar 15 menit. Pengunjung bias merasakan sensasi menaiki kereta di atas benteng yang hanya bisa Anda dapatkan di kota Gombong ini.

Selain itu pengunjung juga bisa berkeliling Benteng untuk meliat lihat setiap ruangan, dengan begitu kita bisa membayangkan betapa angkuhnya kaum penjajah pada saat itu dan sudah cukup untuk membayangkan bagaimana kehidupan nenek moyang kita. Ruangan-ruangan itu dulunya berfungsi sebagai barak militer, pos jaga, dan kantor. Ada pula ruangan yang khusus berisi foto-foto benteng jaman dulu, sebelum dipugar, dan sesudah dipugar.

Bagai sobat semua yang kebetulan sedang melintas di kota Gombong sangat sayang kalau hanya di lirik lewat jendela mobil atau kereta, sempatkanlah singgah walau hanya sebentar. Yang gemar wisata kuliner tidak salah kalau hanya sekedar untuk mencobanya…

Sabtu, 26 November 2011

Gunung Karangsambung Kebumen




CAGAR ALAM GEOWISATA KARANGSAMBUNG

Sobat..., pasti tidak asing lagi dengan batu. Batu merupakan benda keras yang banyak manfaatnya dari mulai sekedar buat mainan hingga untuk bahan bangunan bahkan bisa di bentuk menjadi hiasan yang sangat menarik. Itu semua bisa kita lihat di Desa Karangsambung. Menurut parah ahli batu, jenis batu disini merupakan bebatuan jaman purba yang masih tersisa yang berumur sekitar 120 juta tahun. Konon bebatuan ini punya andil besar dalam terbentuknya pulau Jawa bahkan benua Asia dan Australia... ga percaya ? sama, awalnya saya juga begitu...

Kabupaten Kebumen memang tidak ada habisnya soal tempat wisata beruntung sekali saya di lahirkan di daerah ini. Daerah yang kaya akan potensi alam yang sangat potensial sebagai tujuan wisata. Wilayah yang terdiri dari daerah pegunungan di sebelah utara dan baratnya serta bagian selatan terbentang samudera Indonesia. Maka tidak heran wilayah ini melahirkan tempat-tempat eksotis, sebut saja seperti, obyek wisata Goa Jatijajar, Goa Petruk, Pantai Logending, Pantai Petanahan, Pantai Karangbolong, Pemandian Air Panas Krakal serta masih banyak tempat obyek wisata lainnya. Begitu pula tempat Geologi/Batuan bernama Karangsambung juga tidak kalah menarik. Karena itu, tak mengherankan bila ada yang menyebut berwisata ke Kebumen merupakan jenis wisata alam (nature Tourism).
Desa Karangsambung, merupakan laboratorium alam dan monumen geologi yang letaknya di daerah Pegunungan Serayu Selatan, Jawa Tengah, termasuk wilayah kabupaten Kebumen. Kawasan yang telah mengalami pengerosian ini, luasnya sekitar 300 Kilometer persegi. Letaknya sekitar 19 km sebelah utara kota Kebumen, jalan yang beraspal, sedikit berkelok-kelok mengikuti alur sungai Luk Ulo disisi baratnya. Kita bisa menikmati pemandangan alam yang mempesona, perpaduan antara sungai, perbukitan batu dan hamparan sawah. Sekedar info, sungai Luk Ulo merupakan sungai terbesar di kabupaten Kebumen, pada jaman dahulu sungai ini dijadikan batas wilayah kekuasaan dua kerajaan besar yaitu, Kerajaan Majapahit dan Pajajaran. Di sisi timur sungai menjadi daerah kekuasaan Kerajaan Majapahit sedang Kerajaan Pajajaran menguasahi wilayah sebelah barat sungai Luk Ulo. Sungai ini seringkali dimanfaatkan untuk penambangan batu, yang dikenal dengan nama batu Lukulo. Selain dimanfaatkan untuk penghias taman, beberapa jenis batu yang terdapat di sungai ini sering pula dimanfaatkan sebagai batu hias atau akik.
Dengan panorama alam pegunungan yang begitu menawan yang tidak kalah eloknya dengan wisata Batu di Malang, Puncak di Bogor atau Brastagi di Medan  Serasa menonton sebuah teater di alam terbuka. Kawasan Karangsambung ini dikelilingi gunung-gunung yang menjulang sampai ketinggian 523 meter di atas permukaan laut. Di antara rangkaian gunungnya, sering dijumpai lembah-lembah sempit memanjang. Di pagi hari, kita bisa melihat gunung-gunung berbentuk runcing (prismatic irreguler), laksana bongkahan raksasa yang terpotong-potong oleh lembah yang sempit. Mungkin karena itukah kawasan ini disebut karangsambung, entahlah itu cuma tebakan saja.
Berwisata ke Karangsambung, merupakan bentuk wisata yang khas, berbeda dengan berwisata ke obyek-obyek lain, karena lebih condong bersifat wisata ilmiah (geo wisata). Berikut sekelumit tentang wisata di Karangsambung, semoga saja menjadi rujukan bagi yang gemar jalan-jalan.
Bila anda ingin melihat dan ingin tahu wujud batuan dasar samudera, batuan dasar pulau Jawa yang terangkat, bekas-bekas tumbukan, aneka cindera mata dari batu mulia beserta penjelasan ilmiahnya. Itulah antara lain yang bisa ditawaran oleh obyek wisata ini. Yuuuk.. bila anda punya waktu, sempatkan datang ke Karangsambung Kabupaten Kebumen. Sebab tidak sedikit para wisatawan mancanegara begitu antusias untuk mengenal dari dekat taman batuan alam yang konon merupakan taman geologi yang terlengkap di Asia Pasifik. Jadi, apakah kita harus kalah semangat keingin tahuanya dengan bangsa lain terhadap kekayaan milik kita sendiri.
Di Karangsambung akan mendapat jawaban tentang keunikan berbagai macam bentuk batu, melihat contoh batuan, proses pembuatan kerajinan batu mulia yang siap jual, preparasi batuan dan analisa/uji mutu serta pemaduan ke beberapa lokasi batuan yang sangat penting bagi dunia ilmu pengetahuan yang bisa di gali.
Kawasan Karangsambung, bisa dikatakan bagaikan suatu monumen atau taman batuan hasil evolusi bumi mulai Zaman Kapur (sekitar 120 juta tahun yang lalu) sampai sekarang. Pada kawasan ini bisa dijumpai bukti-bukti batuan hasil tumbukan Lempeng Samudera Hindia Australia dengan Lempeng Benua Eurasia. Zona tumbukan ini sekarang telah bergeser kurang lebih 312 km ke arah selatan di dasar Samudera Indonesia.
 
Disini bisa dijumpai aneka ragam batuan, baik batuan beku, sedimen dan metamorf, yang terbentuk pada dasar samudera sampai tepi benua yang terbentuk, kesemuanya tercampur aduk dengan 'deformasi' yang kuat. 'Morfologi' nya merupakan hasil interaksi antara batuan, struktur geologi dan proses erosi, yang mencerminkan suatu 'pembalikan topografi', sehingga membentuk rangkaian gunung melingkar dengan lembah memanjang di tengahnya, menyerupai tapak kuda.
Daerah ini sejak tahun 1963 telah dipergunakan untuk praktek lapangan para mahasiswa geologi di Indonesia. Kemudian pada tahun 1964 didirikan Kampus Geologi Lapangan yang kemudian pada tahun 1987 disempurnakan menjadi UPT (Unit Pelaksana Teknis) Laboratorium Alam Geologi Karangsambung - LIPI dengan SK Ketua LIPI Nomor 837/Kep/A.5/87, tanggal 8 Mei 1987.
Saat ini, beberapa perguruan tinggi seperti ITB, UPN 'Veteran' Yogyakarta, UNPAD Bndung IPB Bogor, UNISBA, UN Yogyakarta, Semarang dan Jakarta, serta program Diklat PPTP secara regular memanfaatkan fasilitas yang ada. Beberapa organisasi geologi internasional seperti GEOSEA, CCOP, IPA, dan IGCP dengan ahli kebumian dari berbagai negara seperti Inggris, Perancis, Amerika dan Jepang, kerap datang ke Karangsambung. Di samping itu, berbagai organisasi kebumian, peserta seminar kebumian, para pendidik dan siswa mulai dari SD sampai SLTA, juga sering mengunjungi Karangsambung.
Kawasan ini pun dilengkapi dengan fasilitas pendukung lain yang sudah memadai, seperti gedung pertemuan, ruang kuliah, perpustakaan dan wisma/tempat penginapan ber AC yang menampung 100 orang termasuk layanan katering dan sarana olah raga, workshop kerajinan batumulia, serta areal parkir yang cukup luas.

Tempat yang disebut juga Cagar Ilmu Pengetahuan Geologi Nasional. Jadi tak cuma kegiatan geowisata, tapi juga ada pengembangan dan penelitian bebatuan, melakukan konservasi wilayah yang mengandung bebatuan dan fenomena geologi bernilai ilmiah untuk kepentingan pendidikan. Jadi tak heran banyak bertemu dengan para peneliti dari berbagai perguruan tinggi yang sedang melakukan penelitian, selain dengan para turis lokal dan mancanegara.

Untuk yang tak biasa berwisata ke tempat yang dikelola UPT (Unit Pelaksana Teknis) Balai Informasi dan Konservasi Kebumian – LIPI seperti ini, tak perlu bingung. Karena di sini juga,  bisa ikut mendengarkan ceramah ilmiah serta diskusi yang digelar sebelum kunjungan ke lapangan dan melihat koleksi batuan serta proses pembuatan batumulia.

Jangan sungkan bertanya, para ahli disini akan memberi penjelasan yang lengkap. Karena disini banyak jenis bebatuan dengan berbagai nama. Ada Basalt, Gabro, Rijang, Konglomerat, Serpentinit, Sekis Mika, Gneis, dan masih banyak lagi macamnya. Juga akan dijelaslan tentang berbagai macam batuan tua dan proses pembentukannya, hingga di ajak menyusuri sungai yang memberikan gambaran tentang proses dinamika bumi. 

Proses tektonik yang terjadi di kawasan ini, membuat Karangsambung menjadi wilayah paling komplit koleksi bebatuannya di Indonesia. Bahkan, menurut salah seorang peneliti, jika menurut luas wilayahnya, kelengkapan koleksi batuan di Karangsambung ini juga terbesar di Asia.

Sebagai pelengkap perjalanan wisata Anda ke Karangsambung, Anda pun bisa mendapatkan aneka cinderamata yang tentu saja khas daerah ini, sesuai dengan obyek dan potensi yang ada. Yaitu, aneka jenis bentuk batu akik yang sangat menawan dan tentunya souvenir lainnya.
Bagi sobat semua yang menyukai pelajaran Geologi atau bagi Bapak-Bapak  dan Kakek-Kakek yang suka mengoleksi batu akik di jari tanganya silahkan datang ke Desa Karangsambung Kabupaten Kebumen siapa tau bisa menambah koleksi cincinnya..