Sabtu, 21 November 2015

Indahnya Hidup di Desa


Hidup di desa bagi sebagian anak muda merupakan alternatif berikutnya apalagi bagi mereka yang tidak mempunyai kemampuan bertani. Untuk orang yang asalnya dari kampung tidak menjadi hambatan dan sudah paham bagaimana rasanya hidup di desa. Saya yang terlahir dan besar di desa alias bukan berasal dari kota bisa merasakan kehidupan kampung. Berbeda dengan orang yang lahir dan besar di perkotaan yang kemudian harus hidup di desa akan butuh waktu untuk menyusaikan diri, bukan berarti tidak mampu tetapi butuh waktu.

Banyak kenikmatan yang di dapat bila hidup di desa seperti bisa menanam padi di sawah , sayur-sayuran, buah buahan atau memelihara ternak secara alami. Memelihara ayam kampung misalnya, apabila ingin makan daging ayam tinggal memotong sendiri, bila ayam berlebih bisa di jual sebagai penghasilan tambahan.

Saya merasa salut dan terkesan ketika ada orang yang terlahir dan besar di kota tapi mampu hidup di kampung. Hidup di desa sangat identik dengan kesederhanaan berbeda jauh dengan di perkotaan yang segalanya selalu di beli dari hal yang terkecil seperti air bersih bahkan hanya untuk membuang sampahpun harus di bayar dengan uang. Bagi orang yang tidak bisa berkompetisi jangan coba-coba hidup di perkotaan, kecuali mempunyai ketrampilan khusus. Atau mungkin wiraswasta/sesuatu yang bisa menghasilkan uang. 

Kebanyakan orang di desa mempunyai tanah walau mungkin hanya sedikit. Dengan tanah itu orang di pedesaan bisa memanfaatkan untuk bercocok tanam apalagi kalau tanahnya sangat subur. Seperti Bapaku yang menanam pohon kelapa, pisang, nanas. dll. Sampai buah kelapa dan nangka jatuh sendiri dari pohonya karena memang terlalu banyaknya dan apabila di jual sangat murah tidak sebanding dengan besarnya biaya perawatan, kalau dijual harganya sangat murah. Tapi walau harganya murah kelapa masih bisa menambah penghasilan dan mencukupi kebutuhan. 

Hidup di desa itu ibaratnya uang 5 ribu rupiah sudah cukup buat makan sehari. Misalnya makan cukup dengan lauk tempe/tahu atau mumgkin hanya dengan garam atau sambal itu nikmatnya sudah luar biasa. Boleh bandingkan dengan kehidupan di pekotaan. Tapi kenapa orang desa setelah selesai sekolah berbondong bondong pindah ke kota, jawabanya mungkin ingin merubah gaya hidup, ingin mencari kehidupan yang lebih baik atau memang di desa tidak mempunyai lahan garapan untuk hidup sehari hari. 



Hidup di desa memang indah dengan alamnya yang masih terjaga guyub rukunnya dan tradisi tepo sliro / saling menghormati masih terpelihara. Hidup gotong royong sebagai ciri khas yang sangat indah. Masyarakatnya yang sederhana dan "tidak termakan oleh pasar" semakin membuat saya tidak bosan bila saya saat berada di kampungku Bulupayung Kabupaten Kebumen Jawa Tengah suasana kedesaannya masih tetap terjaga... ga percaya .. boleh dicoba, pulang kampung sekarang...

Berbagai tanaman yang bisa kita tanam

Pohon Kelapa
 
Pohon Pisang
Pohon Nangka
elengkapnya : http://www.kompasiana.com/sihitam/indahnya-hidup-di-desa_55e5f70ff67a61500d9c80c5

dup di desa memang indah dengan alamnya dan ketentramannya. Gotong royong masih sering dan rutin saya temui di desa (kampung halaman) saya ini. Masyarakatnya yang sederhana dan "tidak termakan oleh pasar" semakin membuat saya tidak bosan di Kabupaten Bangkalan ini. Meski dekat dengan Kota Surabaya (tinggal lewat Jembatan Suramadu atau Pelabuhan Ujung di Kamal) namun suasana kedesaannya masih tetap terjaga. (AWI)

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/sihitam/indahnya-hidup-di-desa_55e5f70ff67a61500d9c80c5
Hidup di desa memang indah dengan alamnya dan ketentramannya. Gotong royong masih sering dan rutin saya temui di desa (kampung halaman) saya ini. Masyarakatnya yang sederhana dan "tidak termakan oleh pasar" semakin membuat saya tidak bosan di Kabupaten Bangkalan ini. Meski dekat dengan Kota Surabaya (tinggal lewat Jembatan Suramadu atau Pelabuhan Ujung di Kamal) namun suasana kedesaannya masih tetap terjaga. (AWI)

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/sihitam/indahnya-hidup-di-desa_55e5f70ff67a61500d9c80c5
Hidup di desa memang indah dengan alamnya dan ketentramannya. Gotong royong masih sering dan rutin saya temui di desa (kampung halaman) saya ini. Masyarakatnya yang sederhana dan "tidak termakan oleh pasar" semakin membuat saya tidak bosan di Kabupaten Bangkalan ini. Meski dekat dengan Kota Surabaya (tinggal lewat Jembatan Suramadu atau Pelabuhan Ujung di Kamal) namun suasana kedesaannya masih tetap terjaga. (AWI)

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/sihitam/indahnya-hidup-di-desa_55e5f70ff67a61500d9c80c5
Hidup di desa memang indah dengan alamnya dan ketentramannya. Gotong royong masih sering dan rutin saya temui di desa (kampung halaman) saya ini. Masyarakatnya yang sederhana dan "tidak termakan oleh pasar" semakin membuat saya tidak bosan di Kabupaten Bangkalan ini. Meski dekat dengan Kota Surabaya (tinggal lewat Jembatan Suramadu atau Pelabuhan Ujung di Kamal) namun suasana kedesaannya masih tetap terjaga. (AWI)

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/sihitam/indahnya-hidup-di-desa_55e5f70ff67a61500d9c80c5
Pohon Nanas
 
Pohon Kecombrang
Asal Mula Nama Desa Bulupayung