Rabu, 06 September 2017

Petani Desa Bulupayung Menanam Kacang Hijau di Musim Kemarau

Tanaman Kacang Hijau
Musim kemarau bagi sebagian petani di wilayah yang mengandalkan hujan seperti di Desa Mangunharjo Kecamatan Adimulnyo adalah berhentinya kegiatan menanam padi tetapi bukan berarti kegiatan pertanian akan berhenti. Musim kemarau akan membawa berkah tersendiri bagi petani karena bisa bertanam kacang hijau dan kedelai yang memiliki nilai ekonomi tinggi.

Bertani kacang hijau biasa dilakukan setiap memasuki musim kemarau, karena tanaman kacang hijau dan kedelai tidak perlu membutuhkan banyak air dan perawatan yang khusus. Karena tidak perlu harus menyiram, tetapi tanaman jenis ini tetap tumbuh baik.

Dari bertani kacang hijau para petani di desa Bulupayung bisa mendapatkan untung agak lumayan. Selain harganya cukup tinggi, juga cara menanam dan pemeliharannya yang relatif mudah. Begitu usai panen kedua atau panen ketiga di sawah tadah hujan, petani bisa langsung menebarkan biji kacang tentunya biji unggulan ke sawah yang mulai mengering atau apabila tanah sawah sudah agak mengeras dengan cara di lobangi dengan kayu dan biji kacang di taruhnya, diamkan beberapa pekan, biji kacang sudah mulai tumbuh, agar tanaman tumbuh subur bisa di tambahkan pupuk seperti memupuk tanaman padi, kemudian diamkan sampai tanaman berbuah. Setelah buah kacang hijau sudah mulai agak mengering (kehitaman) barulah bisa di panen.

Indahnya Bertani
Penanaman kacang hijau ini tak butuh banyak air. Tak butuh pemeliharaan layaknya tanaman lain. Dibiarkan pun bisa tumbuh subur dan berbuah. Dari tanaman tersebut bisa dipanen hingga tiga kali panen hampir semua petani di desa Bulupayung setiap tahun usai tanaman padi, langsung menanami lahannya dengan tanaman kacang hijau.

Kalau tanaman Kedelai kurang diminati petani, karena hamanya selalu ada, ulat juga banyak. Sedangkan kacang hijau jarang atau bahkan tidak pernah ada serangan ulat bulu ataupun ulat. Panen juga bisa dilakukan hingga dua atau tiga kali panen

Indahnya Bertani...


Kamis, 17 Agustus 2017

Saya Bulupayung Saya Indonesia

17 Agustus adalah tanggal dan bulan yang istimewa bagi bangsa Indonesia tak terkecuali semua warga desa Bulupayung kelurahan Mangunharjo Kabupaten Kebumen. 72 tahun yang lalu negara Indonesia lahir dengan di umumkan kemerdekaanya yang di bacakan oleh Ir Soekarno presiden pertama Indonesia.

Ketika di berbagai media memberitakan Indonesia sedang terjangkit penyakit intoleran dan banyak munculnya berita kebencian antar golongan, desa Bulupayung nan jauh disana beratus ratus kilaometer dari Ibukota Jakarta sama sekali tidak terpengaruh, mereka tetap bangga menjadi orang Indonesia. 

Di hari Itu kamis 17 Agustus 2017 setelah waktu dzuhur anak anak berkumpul di halaman masjid desa untuk merayakan kemenangan 72 tahun Indonesia merdeka. Berbagai perlombaan di gelar oleh pemuda karangtaruna jenis perlombaanya masih dalam tradisi tujuhbelasan dari mulai makan kerupuk, tarik tambang, balap karung dan masih banyak lagi.

Bukan jenis lombanya yang kita lihat tetapi makna dan rasa kebanggaan sebagai orang Indonesia, lomba tersebut hanya semata mata perwujudan rasa syukur dan kegembiraan karena Indonesia sudah menjadi negara yang besar yang bisa di banggakan, terlepas dari berbagai masalah yang sering muncul dalam masyarakat bernegara. 
.
Salah satu sudut desa Bulupayung
Semangat dalam memaknai kemerdekaan juga terus di lestarikan oleh generasi berikutnya. Seperti perlombaan tarik tambang yang keliatanya sederhana tetapi mempunyai arti gotong royong dan kerjasama. Sekuat apapun kita tidak akan bisa memenangkan permainan ini sendirian

Balap karung juga mempunyai arti yang sangat dalam yaitu kegigihan, keuletan, kerja keras dan terpenting adalah tidak gampang menyerah, jatuh bangun adalah hal yang biasa dalam balap karung. Berbagai semangat inilah yang membawa Indonesia kepada kemerdekaan.
.
Salah satu kemeriahan HUT RI ke 72
Indonesia merdeka sebagai satu kesatuan negara dan bangsa yang memiliki Pancasila sebagai dasar negara, idiologi nasional dan falsafat atau pandangan hidup bangsa yang terbukti tangguh dalam melewati perjalanan sejarah politik Indonesia. Pada masa kepemimpinan Bapak Presiden Joko Widodo dan Bapak Jusuf Kalla telah menetapkan tanggal 1 Juni sebagai hari lahir Pancasila dengan Kepres Nomor 24/2016 dan juga tanggal tersebut sebagai hari libur nasional, yang temanya adalah "Saya Indonesia Saya Pancasila".

Maka berbanggalah yang terlahir sebagai orang Indonesia karena mempunyai kultur jiwa semangat yang tinggi tanpa mudah menyerah, Jayalah Indonesiaku.

Dirgahayu Republik Indonesia yang ke. 72  "MERDEKA...!!!!"




Sabtu, 22 April 2017

Sejuknya Pantai Petanahan Kebumen

Pantai Petanahan
Pantai Petanahan terletak di Desa Karanggadung Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen. Deburan obak laut biru dari samudera hindia sangat memanjakan mata pengunjung padahal matahari sedang memancarkan sinarnya yang menyengat kulit. Pantai yang selalu ramai dikunjungi para wisatawan domestik bahkan di hari hari tertentu seperti libur panjang dan Lebaran pengunjung akan memenuhi pantai tersebut. Pengunjung bukan saja dari wilayah Kabupaten Kebumen tetapi juga wilayah sekitarnya seperti Purwokerto, Banjarnegara dan Purworejo.

Laut Pantai Petanahan
Pantai Petanahan sekarang berbeda dengan yang dahulu, Kalau dulu wilayah pantai tersebut sengatan matahari begitu sangat terasa karena sepanjang mata memandang hanya hamparan pasir dan hanya beberapa pohon kaktus berduri yang bisa tumbuh, dan sangat sulit sekali di lewati kendaraan. Untuk mencapai bibir pantai dari perbatasan desa Karanggadung harus berjalan kaki sekitar 2 s/d 3 km. Tetapi itulah pantai Petanahan yang benar benar asli.

Tempat Parkir Kendaraan di Antara Rimbunya Peohonan

Jalan berkelok dengan pepohonan yang rindang
Tapi apabila sobat sekarang berkunjung, akan merasakan suasana yang berbeda, Kendaraan sudah bisa masuk ke deket bibir pantai, tersedianya jalan untuk pejalan kaki, sengatan sinar matahari sudah agak berkurang, terdapat taman tempat bermain dan yang paling berbeda adalah adanya pohon pohon yang tumbuh sepanjang pantai, makanya sengatan matahari tidak terlalu terasa. 

Taman yang Rindang

Taman Bermain
Bagi sobat yang punya acara keluarga, reuni atau hanya sekedar kumpul kumpul dengan teman lama, pantai Petanahan cukup pantas untuk dijadikan pilihanya. Soal makanan tidak usah kuatir, Pengelola pantai sudah menyediakan tempat / warung kuliner khas Kebupaten Kebumen. Jangan takut lagi kulit akan gosong atau berjalan kaki. Sekarang berbeda dengan beberapa tahun yang lalu.










Rabu, 23 November 2016

Sawahku Terendam Banjir

Tanaman padi yang baru di tanam tak terlihat

Bulan November benar benar bulan yang luar biasa bagi penduduk desaku, curah hujan yang tinggi mengakibatkan musim tanam sedikit terganggu. Tanaman padi yang baru ditanam sudah tertutup air karena curah hujan yang tinggi. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Semarang melansir prakiraan curah hujan untuk bulan November 2016. Di kabupaten Kebumen, BMKG memprediksi curah hujan tinggi akan turun di wilayah bagian utara barat laut seperti kecamatan Sempor, Karanggayam, Rowokele Utara dan sebagian kecil Karangsambung. Di wilayah ini curah hujan mencapai 401 – 500 mm.

Sementara wilayah lainnya memiliki curah hujan 300-400 mm adalah kecamatan Gombong, Sadang, Karangsambung, Alian, Karanganyar, Sruweng, Pejagoan, sebagian Padureso dan sebagian kecil Buayan, Kuwarasan, Kebumen, Adimulyo. Wilayah lainnya masuk kategori menengah dengan curah hujan 200-300 mm.

Mencari cara agar bisa tanam lagi
BMKG juga memprakirakan sifat hujan bulan ini dibawah normal terjadi di kecamatan Ayah dan Buayan. Selain itu dalam peta yang dilansir BMKG itu kecamatan Sadang, Alian, Kebumen, Buluspesantren, Ambal, Miirt, Kutowinangun, Poncowarno, Prembun, Bonorowo, Padureso dan sebagian Karangsambung juga mempunyai sifat hujan dibawah normal.
Sementara tinggi gelombang perairan di pesisir selatan kabupaten Kebumen diperkiraan pada hari ini, Minggu (2/11) maksimum berada pada kisaran antara 0,75 – 2,0 meter. Angin umumnya bertiup dari arah Timur – Tenggara dengan kecepatan berkisar antara 5 – 18 knots. 

Para petani di desaku cukup mengalami kerugian sebab untuk menanam benih padi baru tidak mungkin dilakukan, sedang untuk membeli bibit padi harganya sangat tinggi. Belum lagi serangan dari pasukan keong emas makin lengkap penderitaan para petani. Mau tidak mau para petani harus mengeluarkan biaya lebih agar bisa tetap menanam padi, untuk menjaga stok beras di lumbung.

Memanfaatkan situasi
Dampak positifnya ketika musim hujan yang tinggi seperti ini, akan banyak ditemukan ikan air tawar dengan jumlah yang lumayan dan merupakan rejeki tersendiri buat desaku. Biasanya ikan yang muncul adalah ikan wader, bethik/bethok dan kathing bahkan bisa di temukan ikan tawes.

Jalan penghubung desa yang tergenang
Tapi apapun namanya yang namanya banjir akan lebih banyak mendatangkan kerugian, dan kejadian tersebut kita tidak bisa mencegah karena sudah menjadi kehendak sang pencipta. Tergantung bagaimana manusia memanfaatkanya dan mengambil pelajaran dari kejadian tersebut.

.

Jumat, 28 Oktober 2016

Mesin Keliling Penggiling Gabah

Mesin giling gabah keliling
Bentuknya seperti gerobag dengan suara mesin agak keras, ditumpangi oleh dua orang satu memegang kemudi yang satu lagi bertindak sebagai kenek tanpa atap, melaju mengelilingi setiap jalan di perkampungan. Kendaraan tersebut sepertinya hasil modifikasi dari kendaraan mobil bak yang dirubah sedemikian rupa atau memang dirakit khusus.

Mesin penggiling gabah, sering orang menyebutnya. Mereka menjajakan jasa penggilingan bagi orang yang membutuhkanya. Setiap saya pulang kampung Ibuku selalu menggunakan jasa ini. Beras, itulah ole ole yang Ibu berikan padaku ketika ku kembali ke perantauan. Dengan adanya mesin pengolahan pertanian seperti penggilingan padi keliling, petani dengan mudah mengolah gabah menjadi beras untuk di konsumsi atau dijual.

Masih teringat dulu, sebelum mesin ini ada, saya selalu menggiling gabah ke desa tetangga yang kira kira jaraknya sekitar 5 km atau bahkan lebih, dengan berjalan kaki diangkut dengan sepeda onthel atau gerobak tarik. Sesampainya di tempat penggilingan, harus antri berdasarkan kedatangan dan itu bisa memakan waktu setengan hari bahkan sehari penuh. Karena memang keberadaan jumlah tempat penggilingan padi di desaku saat itu sangat sedikit jumlahnya, yang berakibat pada kurangnya efesien waktu dan hasil penggilingan padi.

Sekarang di desaku sudah tidak kesulitan dalam menggiling padi, tidak seperti dulu sangat sulit, jika hendak menggiling padi harus berjalan jauh ke tempat penggilingan padi yang letaknya jauh memerlukan tenaga lebih lagipula ongkosnya juga mahal. Dengan adanya penggilingan padi keliling tinggal lambaikan tangan dan memanggilnya, sudah mendapatkan layanan prima dari sang penjual jasa dari mulai mengangkut gabah dari penyimpanan di rumah hingga diantarkan kembali sudah dalam bentuk beras. Bagi yang sudah percaya tidak perlu di awasi dalam proses penggilinganya  tinggal terima beres.Biaya cukup terjangkau dapat membayar dengan uang atau dengan dedak serta menir, hasilnya cukup lumayan baik karena proses penggilingan sebanyak 3 kali, beras yang digilingpun hasilnya bersih berwarna putih. Musim panen adalah musim rejeki bagi para jasa mesin penggiling keliling.

Begitulah indahnya hidup di kampung, ingin rasanya saya kembali ke desaku menghabiskan sisa umurku di desa Bulupayung tercinta, tapi bisa ga yah ?, apalagi sekarang Bapak orang tuaku satu satunya yang masih ada hidup sendiri di rumah. Sering kebayang wajah Bapaku yang sudah sepuh sedang apakah beliau di rumah sekarang... Ketika kuliat beras di karung yang tersimpan di pojok ruangan dapur ku selalu teringat akan mesin gilling gabah di desaku seketika itu juga teringat akan indahnya kampung halanmanku.


Minggu, 04 September 2016

Ibuku Telah Tiada

.
Ya Allah, ampunilah ibuku, maafkanlah Dia, muliakanlah tempatnya, luaskanlah tempat masuknya, sucikanlah Dia dari segala kesalahan sebagaimana pakaian disucikan dari najis. Gantikan untuknya rumah yang lebih baik dari rumahnya. Masukanlah ke dalam surga dan lindungilah Dia dari azab kubur dan azab neraka. Hingga hari ini saya sangat menyesal belum sempat membuat Ibuku bahagia. Kehilangan beliau membuatku terasa hampa, tidak ada lagi suara lembut dari bibirnya
.
Sakit yang di derita ibuku selama tiga tahun terakhir yang tak kunjung membaik membuat ibu serasa putus asa, tetapi dengan dorongan semangat yang besar Ibu bisa bertahan dan bisa membuat suami dan anak anaknya tersenyum bahagia. Itulah kenapa sampai saat ini saya seolah tidak percaya bahwa Ibu telah tiada.
.
Hari Selasa tanggal 23 Agustus 2016 sekitar pukul 03:15 pagi adik saya menginfokan dari rumah sakit di Kebumen lewat group WA keluarga bahwa Ibu telah di panggil oleh sang Maha kuasa, yang memang pada malam itu saya tidak bisa tidur. Sesaat terdiam, tak terasa air mata keluar, ku bangunkan istiku, segera berkemas pulang kampung, dan seketika itu juga anak anaku terbangun mungkin karena terdengar suara gaduh. Setelah menempuh perjalanan dari ba'da sholat subuh, sekitar pukul 13:15 WIB sampailah dirumah dimana saya dilahirkan dan dibesarkan oleh kedua orang tuaku. Di halaman rumah sudah banyak kursi dan tamu, saya berusaha bersikap tenang jangan sampai air mataku keluar, seya sengaja lewat pintu samping karena belum siap melihat Ibu secara langsung, sambil berlalu setiap orang yang ku lewati memberikan salam. Setelah dirasa siap, baru saya berani menemui Ibu di ruang tamu.
.
Saat itu saya melihat tubuh terbaring tertutup rapat kain bermotif batik, saya berusaha menjaga air mata jangan sampai keluar ku dekati agar bisa melihat wajah ibuku untuk terahir kali, saya berusaha membuka ikatan tali kain kafan yang menutupi wajah Ibuku, hampir saya tidak bisa menguasai diri, tetapi adik saya dari belakang selalu mengingatkan jangan sampai nangis. Ikatan kain kafan yang begitu kuat saya tidak bisa melihat Ibu secara sempurna akhirnya saya sudahih, sudah cukup bisa melihat rambut, kepala, kening dan mata ibu, kemudian saya berlalu ke kamar mandi ku tumpahkan airmataku, toh ga ada yang liat.
.
Hari itu aku kehilangan orang nomor satu yang ku cintai dan tempatku mengadu, berkeluh kesah, bermanja hari itu telah benar benar tiada. Duh hai Ibu.........!!!!!!, perempuan yang baik hati dan penyabar kau telah pergi. Telah benar benar meninggalkan kami, aku harap Bapaku selalu sehat dan kuat. Tidak sakit sakitan seperti Ibuku. Bapakulah yang mendidiku dengan disiplin tinggi dalam segala hal.
.
Masih ku ingat dalam ingatanku ketika ku pulang ke rumah Ibulah yang paling sibuk menyambutku dengan mempersipakan makanan dan minuman, Begitu juga ketika saya kembali merantau beliaulah paling repot mempersiapkan ole ole dan bekal makanan selama di perjalanan.
.
Ibu.. masih ku kenang betapa gigihnya beliau mengasuh saya dan adik adiku, ketikaku mau berangkat sekolah Ibu pagi pagi sudah bangun terlebih dulu untuk mempersiapkan sarapan pagi, Ketika Bapaku pulang kerja Ibuku sudah mempersiapkan air minum kesukaanya dan makan siang tersusun rapi di meja makan.
.
Masih terbayang betapa perkasanya Ibuku mengangkut berbagai jenis sayuran dengan sepeda onthel untuk di jual kembali di rumah. Belum hilang di ingatanku ketika Ibuku berkeliling desa menjajakan baju daganganya dengan mengayuh sepeda ontel. Dua mesih jait dan satu mesin obras bukti kegigihan Ibuku dalam membantu Bapaku membesarkan dan mendidik anak anaknya, yang kini jadi barang bersejarah.
.
Ibu.. kau bagai lentera yg mampu terangi dan hangatkan jiwa anak anakmu, disaat anakmu gundah dan takut seperti ini biasanya kau temani dan kau berikan semangat sambil berucap “tetaplah bersabar dan berdoa”. Tak terhitung berpa banyak cinta yg kau berikan, tak terhitung berapa banyak nyanyian yg kau nyanyikan di kala anak anakmu akan terlelap, sungguh kasihmu telah membuaiku…
.
Ku anter jasad Ibuku sampai di peristirahatan terahir di desa dimana Ia di lahirkan dan di besarkan. Dengan kedua adiku, ku bopong, ku peluk dan ku baringkan di peristirahatan yang teahir kalinya, kembali air mataku ingin keluar dari kelopaknya tetapi sekuat tenaga ku tahan agar air mataku tidak menetes.
.
Sampai benar benar jasad Ibuku sudah tak terlihat lagi, orang orangpun sudah mulai meninggalkan tempat itu, hanya tersisa saya Bapaku dan adik adiku bersimpuh sambil melihat kayu bertulisan nama Ibuku. Lama kami tidak beranjak, terdiam, mungkin masing masing sedang membayangkan wajah Ibunya. Setelah beberapa waktu, akhirnya kami sekeluarga meninggalkan Ibu sendirian di tempat itu. Dari kejauan hanya terlihat tanah merah dengan dua kayu nisan dan taburan bunga di atasnya.

Oh ibu.. andai bisa kuputar kembali waktu.. aku ingin bersujud mencium kakimu.. atas apa yang telah engkau berikan selama ini padaku, yang telah merawat aku, yang telah mendidik aku, yang telah menyayangiku, yang telah mencintaiku tanpa terpupus waktu hingga ajal kini menjemputmu… maafkan aku ibu yg belum bisa berbuat banyak untukmu, yang belum sempat membalas segala kebaikan yang tak terkira sepanjang hariku..
Ya Allah.. ku menangis bukan karena ketidak ikhlasan akan kuasaMu. tapi ini adalah penyesalan yang dalam atas apa yang selama ini aku lakukan terhadap ibuku. Terkadang aku membantahnya. Terkadang aku juga menampakkan wajah cemberut di hadapnya, bahkan terkadang aku juga mengatakan kata-kata yang tak pantas untuknya. Aku mengira bahwa waktu ini terjadi nanti hingga ku ulur ulur waktu untuk tidak memeluknya.  Astaghfirullah...

Wahai Ibu yang telah di sisiNya, ini anakmu memohon maaf atas segala salah dan khilaf yang belum mampu membuatmu bahagia, yang belum mampu membuat engkau bangga. Ya Allah Engkau tempat meminta, kini aku meminta semoga Engkau berikan tempat yang terbaik untuknya, sebuah tempat yang tidak lagi ada duka, sebuah tempat yang penuh keindahan taman taman syurga, jadikan Dia ratu bidadari di syurgaMu. Dan berikan aku kekuatan untuk membuat dia bangga untuk menjadi anak yang sholeh yang mampu meneduhkan kehidupan kelak ketika tiba hari dimana tidak ada hari selain naunganMu. Ya Allah... beri aku kekuatan untuk baik yang kebaikanya akan kupersembahkan untuk Ibuku, sebagai rasa sesal dan salahku selama ini yang kurang begitu peduli padanya. Astagfirullah....

Ibu...., aku meminta maaf, dahulu sewaktu engkau masih ada di sini bersamaku. aku tidak menyadari betapa kehadiranmu adalah sesuatu yang sangat berarti bagi kehidupanku, tetapi kini, ketika tak lagi kudengar suaramu, ketika tak lagi kulihat dirimu, betapa sepi hiduku, dulu ku selalu bercerita tentang keberhasilanku di perantauan. Ya.. Allah maafkan aku. Belum juga aku meminta maaf padanya atas segala salah dan ucap dan salah tingkah yang aku perbuat terhadapnya yang mungkin membuat Ibu menangis saat sendiri, dan tidak ditampakkanya tangis itu demi aku. Ya.. Allah ampuni aku, ampuni Ibuku.
.
.

Senin, 04 April 2016

Temu Kangen Warga Bulupayung se Jabodetabek dan Sekitarnya

Pintu masuk TMII di pagi hari

Alhamdulillah segala puji serta syukur kepada Alloh SWT kami warga desa Bulupayung Kelurahan Mangunharjo Kecamatan Adimulyo Kabupaten Kebumen Jawa Tengah yang tinggal di wilayah Jabodetabek dan Kerawang pada tanggal 3 April 2016 bertempat di Taman Mini Indonesia Indah Jakarta dapat menyelenggarakan Temu Kangen dan Silahturahim, berjalan secara lancar dan meriah.

Temu kangen tersebut hanyalah sebuah acara ringan dengan susunan acara yang tidak terlalu kaku/formal dalam format santai dan saling bertatap muka antar warga Bulupayung yang sudah lama tidak saling bertemu, bahkan ada yang lebih dari belasan tahun. Pertemuan tersebut diharapkan memberi inspirasi untuk melajutkan kedepan dengan mendengar, melihat, memahami, menampung aspirasi yang disampaikan dari beberapa anggota yang hadir pada saat itu.

Sebetulnya Desa Bulupayung sudah mempunyai perkumpulan sendiri yaitu Paguyuban Bulupayung dan Duduhan yaitu gabungan dari dua desa tersebut. Tetapi beberapa tahun terakhir ini paguyuban tersebut fakum tidak ada kegiatan. 

Berawal dari sekedar iseng dari salah satu warga Bulupayung yang tinggal di perantauan, dengan memanfaatkan kemajuan teknologi berupa media sosial seperti WhatsApp. Maka dapat mengumpulkan warga Bulupayung di Jabodetabek dalan satu komunitas bernama Bulupayung Family. Maka munculah gagasan untuk berkumpul.

Dengan dipandegani oleh Mas Wito Hadiwijaya dan Mas Nugrahono, Mas, Supriadi serta Mba Susi Anita Sari, Maka acara tersebut bisa berjalan lancar dan sukses. Peserta yang hadir ke Taman Mini Indonesia Indah tidak dipungut biaya alias gratis ditanggung panitia, serta kaos t-shirt yang eksklusif,  luar biasa....

Dalam acara tersebut lahirlah gagasan untuk membentuk wadah perkumpulan semacam paguyuban khusus untuk warga desa Bulupayung yang berada di sekitar Jabodetabek dengan struktur kepengurusan Paguyuban Putra Putri Bulupayung (P3B) sebagai berikut : 

Pembina & Penasehat   :   1. Sarjono
                                            2. Supriadi

Ketua                              :  Nugrahono   
Sekertaris                       :  Agus Priatmojo                     
Bendahara                      :  Susi Anita Sari
Humas                            :  Suwito Hadiwijaya

Koordinator Wilayah ;
Jakarta Pusat & Utara                : Imam Santoso
Jakarta Timur & Pondok Gede   : Supriono
Jakarta Selatan & Depok            : 
Jakarta Barat & Tangerang         : SG. Lubar Prastowo dan Tri Wahyono
Bekasi Utara                               : Istiko Subandono
Bekasi Selatan                            : Sutarjo
Cikarang                                      : Erwin Harsono
Karawang                                    : Azis Sutadi

Berikut Galeri Foto Pertemuan Temu Kangen :
    :
Mas Wito Hadiwijaya, membuka acara
Indahnya kebersamaan

Wajah wajah ceria

Saling sapa dan bercanda

Keluarga Besar Bapak Suparmin

Lama tidak Jumpa

Rapat kecil pengurus

Indahnya kebersamaan

Rukun Kompak
Bersatu dalam keceriaan

Menjalin Silahturahim

Selalu berbagi
Saling berbagi cerita

Bercanda dan bercerita

Asal Mula Nama Desa Bulupayung