Saat aku pulang kampung tidak lupa menyempatkan jalan-jalan ke tempat di
mana aku sekolah SMP hingga SMA dulu. Begitu banyak kenangan
yang bisa di ingat, ketika saya berdiri di halaman sekolah tampak
terlihat dari jauh gugusan pegunungan yang dalam pelajaran Geografi sering di
sebut pegunungan Serayu. Mulailah pikiranku menerawang ke masa lalu karena di
gugusan itu terdapat tempat dimana dulu sering saya datangi baik dengan sesama
teman sekolah maupun teman sekampung, Gunung Cemara namanya.
Gunung Cemara yang letaknya di sebelah utara kota
Karanganyar Kabupaten Kebumen adalah
nama suatu bukit di atas pegunungan yang sangat elok pemandanganya yang tingginya sekitar 600 m,
terdiri dari dua bukit kembar. Tetapi dikalangan teman-teman saya dan mungkin
juga masyarakat sekitar lebih suka menyebutnya dengan Gunung Cemara. Pegunungan yang merupakan wilayah gugusan
pegunungan Serayu yang membentang dari Kabupaten Magelang hingga Sungai Serayu.
Pada waktu saya masih sekolah di kota tersebut termasuk sering, saya pergi
ke sana di Gunung Cemara
yang pada masa itu
sekitar tahun 1980 an masih sangat indah
dan mempesona. Sepanjang perjalanan di tumbuhi berbagai macam tumbuhan khas pegunungan tak
terkecuali pohon cemara yang menjadi ciri khasnya. Dengan dilengkapi suara
germricik air pegunungan yang dingin nan jernih dari selokan kali kecil (kalen)
di sisi kiri/kanan jalan. Dengan jalan yang lebernya sekitar satu meter, air
inilah yang di manfaatkan penduduk sekitar untuk keperluang sehari-hari.
Sesampainya di puncak Gunung Cemara kita akan di suguhi pemandangan
pegunungan yang indah dengan angin yang sejuk mengalahkan terik matahari yang
menyengat dan suara gesekan daun cemara yang menghasilakn musik alam serta
perbukitan yang saling menjulang membuat enggan untuk segera turun gunung. Tidak
kalah menariknya bila kita melihat ke arah bawah pegunungan terlihat jelas
keindahan perkampungan hijau kota Karanganyar yang sesekali melintas kereta api
laksana Ular yang sedang meliku-liuk. Serta gugusan pegunungan kapur yang
membentang dari kota Gombong hingga Karangbolong.
Apabila berjalan berkeliling, di puncak sebelah
timur akan dijumpai air terjun, orang sering
menyebut dengan nama Curug Suruhan,
airnya sangat jernih dan dingin,
curug ini sering di manfaatkan pengunjung untuk sekedar cuci muka atau bahkan
untuk mandi. Tak jauh dari curug tersebut terdapat semacam kolam atau sendang yang lumayan dalam sekitar 10 m, menurut cerita dulu ada binatang Pelus semacam sidat/belut besar karena
tidak sesuai ukuran normal. Tetapi sekarang
binatang itu tidak nampak lagi.
Bukan berarti di tempat tersebut cuma ada pohon cemara saja banyak kita
jumpai jenis pohon seperti pohon mahoni yang terkenal pahit buahnya, sangat
baik untuk pengobatan. Ada juga pohon bambu kecil para penduduk sekitar sering
memanfaatkan untuk bahan membuat seruling. Bagi anak-anak di jadikan sebagai
alat mainan seperti membuat tulup semacam sampit dengan pelurunya dari kertas
basah atau beras dan kacang tanah atau juga mata
anak panah. Bahkan banyak di jumpai pohon kepel yang buahnya memenuhi hampir
seluruh batangnya, rasanya manis kalau udah matang.
Bagi yang tidak sempat membawa bekal makanan jangan kuatir akan kelaparan
atau haus. Di puncak Gunung Cemara, penduduk sekitar membuka warung yang
menjajakan makanan kecil yang cukup sekedar menghilangkan lapar seperti pecel,
bakso, lontong, bakwan, tahu brontak (tahu isi), tempe goreng dan minuman
seperti es cendol, es dawet tak lupa air gula aren.
Walaupun Gunung Cemara termasuk daerah yang jauh dari pusat kota tetapi banyak
penghuninya. Penduduknya kebanyakan bercocok tanam terutama menaman singkong,
buah buahan, sayuran khas pegunungan. Juga memanfaatkan batu cadas untuk
pembuatan tungku api atau coek (tempat pengulekan) lengkap dengan mutunya (buat
mengulek). Yang kesemuanya akan di bawa turun gunung dengan berjalan kaki di
jual ke kota Karanganyar.
Sudah lama saya tidak pergi kesana...kalau ada kesempatan ingin rasanya
napak tilas kesana sambil membangkitkan kenangan lama. Kalau dulu saya naik
sepeda ontel dari rumah menuju Desa Candi masih wilayah Kecamatan Karanganyar.
Di teruskan berjalan kaki ke puncak Gunung Cemara tentunya sepedanya di titipak
ke penduduk desa tersebut. Bisa juga di tempuh lewat samping hotel Aman
Karanganyar dengan menyusuri sungai menaiki sepeda ontel, setelah menitipkan
sepeda di rumah penduduk di kaki gunung, baru jalan kaki menuju puncak.
Bisakah potensi gunung Cemara dikembangkan jadi tempat wisata seperti pesona kayangan,saya asal dari bodebwetan Wonorejo kecamatan Karanganyar kebumen saat ini tinggal di bandung
BalasHapus