Kebumen berasal dari kata Ki Bumi. Nama ini diambil dari Ki
Bumidirjo, paman Amangkurat IV yang memilih meninggalkan istana
(keraton) Mataram karena tidak sepaham dengan Amangkurat yang membela
kompeni. Nama asli Ki Bumi adalah Pangeran Bumidirjo. Ia memilih menjadi
petani biasa dan membangun basis tani di daerah Kebumen. Pelan tapi
pasti tokoh yang melahirkan perlawanan damai di Kebumen melawan kompeni
mendapat dukungan dari para petani dan masyarakat yang tinggal di
sekitar sungai Lukulo.
Kemenakannya Joko Sangkriblah yang meneruskan perjuangannnya
mendirikan Desa Kebumen dan melahirkan toponim di setiap desa yang
dilaluinya. Desa Kebejen, Pesalakan, Tunjungseto, Kawedusan, Kembaran,
Panjer, Kuwarisan, Pejagoan, Kewayuhan, dan Kedawung adalah beberapa
desa yang diberikan nama atas topo kemayingan yang dilakukan Joko
Sangkrib. Joko Sangkrib menjadi bupati pertama Kebumen bergelar
Aroembinang.
Joko Sangkrib atas ajaran Ki Bumi melawan penjajahan Kompeni dan
berhasil mendirikan Kadipaten di Kutowinangun, Karena serangan Belanda
Pusat kota dipindah ke Ambal, sehingga terkenal dengan nama Kadipaten
Ambal. Seberang sungai Lukulo terdapat Kadipaten Karanganyar yang
dikuasai Kompeni. Pada tahun 1942 Kadipaten Karanganyar akhirnya
berhasil direbut kembali oleh pejuang dengan damai, dan mendeklarasikan
bergabung dengan kadipaten Kutowinangun dan berpusat di Kebumen sampai
hari ini. Tahun itu menjadi penentuan hari lahir Kebumen berdasar atas
peraturan Bupati Kebumen tahun 1995.
Saat ini marak tuntutan untuk menelisik sejarah Kebumen bukan sekedar
penggabungan Karanganyar dengan Kutowinangun (versi lain) Panjer,
tetapi sejarah yang lebih tua dirunut dari proses masuknya pangeran
Bumidirja ke Kebumen bahkan lebih tua lagi sejak masa atlantis purba
(versi Dr. Fajar).
Menurut Dr. Fajar, dosen UIN Yogyakarta Kebumen dulunya adalah
ibukota Negara Atlantis Purba. Terbukti dengan nama-nama yang identik
dengan simbol-simbol yang ditemukan pada manuskrip Plato tentang
Atlantis yang diungkap oleh peneliti Aryso Santos. Dalam Buku Nagara
karya Dr. Fajar di sini (Kebumen) terdapat sungai Lukulo yang sebenarnya
adalah sungai langit, yang bersumber dari Karangsambung (batu karang
laut yang saling tersambung). Kata Nagara sendiri adalah Naga : Ulo dan
Ra adalah dewa Api yang bersembunyi di gunung Karangsambung.
Perlu dikemukakan batuan di wilayah Karangsambung adalah batuan tertua di dunia yang muncul ke permukaan. Batu Rijang adalah batu yang hanya terdapat di dasar laut karena terbentuk dari endapan lumpur dan garam jutaan tahun yang lalu. Selain itu bentuk-bentuk batuan di Karangsambung menunjukkan dunia purba dengan ditemukannya fosil-fosil pohon, dan kepala ikan, serta gerabah.
Saat ini Kebumen adalah Kabupaten yang memiliki dua puluh enam (26)
kecamatan dan empat ratus lima puluh desa (450). Adapun nama-nama
kecamatan di wilayah Kebumen adalah sebagai berikut. Kecamatan Adimulyo,
Kecamatan Alian, Kecamatan Ambal, Kecamatan Ayah, Kecamatan Bonorowo,
Kecamatan Buayan, Kecamatan Buluspesantren, Kecamatan Gombong, Kecamatan
Karanganyar, Kecamatan Karanggayam, Kecamatan Karangsambung, Kecamatan
Kebumen, Kecamatan Klirong, Kecamatan Kutowinangun, Kecamatan Kuwarasan,
Kecamatan Mirit, Kecamatan Padureso, Kecamatan Pejagoan, Kecamatan
Petanahan, Kecamatan Poncowarno, Kecamatan Prembun, Kecamatan Puring,
Kecamatan Rowokele, Kecamatan Sadang, Kecamatan Sempor, Kecamatan
Sruweng.
Sumber : http://kebumennews.com/toponimi-joko-sangkrib-asal-muasal-kebumen/
Makasih infonya :)
BalasHapus