Alhamdulillah saya sudah sampai rumah di kampung
dengan aman dan selamat walau sedikit terlambat, saya anggap biasa karena
jalanan sedikit macet. Masih terbayang saat perjalanan menuju kampung halaman
setelah keluar dari jalan utama lingkar selatan Antara Gombong dan Karanganyar
Kebumen. Banyak kenangan disaat perjalanan dari mulai pasar Karanganyar
hingga desa saya. Saat berpapasan
dengan kendaraan Dokar sejenis delman pikiranku menerawang ke masa lalu dimana
saya kecil dulu.
Dokar merupakan salah satu alat transportasi
tradisional di daerah saya terutama di Desa Meles. Keberadaan Dokar sebagai
salah satu warisan budaya Jawa memberikan ciri khas kebudayaan tersendiri, yang
hingga kini masih terus dilestarikan, sebagai salah satu budaya Indonesia.
Biasanya, keberadaan Dokar difungsikan sebagai
alat transportasi pengangkut barang-barang dagangan ibu-ibu dari pedesaan
menuju pasar-pasar. Selain berfungsi sebagai media pengangkut barang dagangan
pasar, Dokar juga tidak jarang berfungsi sesuai dengan aslinya sebagai alat
transportasi umum bagi masyarakat.
Kepopuleran Dokar di daerah saya biasanya akan
muncul pada hari hari besar tertetu seperti saat musim lebaran, serta
event-event perayaan tertentu.
Beberapa orang sering menyebut andong dengan
dokar, bendi atau delman. Padahal andong berbeda dengan dokar, bendi atau
delman. Salah kaprah ini muncul karena informasi yang tidak akurat dan mulai
berkurangnya pengajaran-pengajaran serta pengetahuan tentang hal ini dari para
sesepuh. Orang-orang tua dan Bapaku waktu itu pernah menuturkan bahwa diantara
letak perbedaan paling sederhana dan mudah dari andong dengan dokar atau
kereta-kereta bertenaga kuda lainnya adalah pada jumlah roda dan bentuk
keretanya.
Dokar hanya mempunyai dua roda dan ditarik oleh
satu kuda saja, sedangkan Andong mempunyai roda empat yang bisa ditarik satu
atau dua kuda. Pada Andong, kita masih bisa mencuri cara numpang secara gratis.
Caranya dengan naik pada papan bak belakang kereta. Sedangkan pada Dokar,
Delman, atau Bendi cara itu tidak mungkin bisa terpakai karena pintu masuk
keretanya berada dari arah belakang. Konon menurut orang-orang tua, model kereta kuda transportasi umum
ala Andong dengan roda empat ini hanya dapat ditemui di Solo dan Yogyakarta
saja (di Indonesia). Inilah yang kemudian membuat Andong berbeda dengan model
kereta berkuda lainnya sekaligus menjadi daya tarik yang unik.
Menurut sejarah nama kendaraan ini berasal
dari nama penemunya, yaitu Charles Theodore Deeleman, seorang litografer
dan insinyur pada masa Hindia Belanda. Orang Belanda sendiri menyebut
kendaraan ini dengan nama dos-à-dos (punggung pada punggung,
arti harfiah bahasa Perancis), yaitu sejenis kereta yang posisi duduk
penumpangnya saling memunggungi. Istilah dos-à-dos ini kemudian oleh
penduduk pribumi Batavia disingkat lagi menjadi ‘sado’.
Alat transportasi delman ini sendiri bisa kita
temukan hampir diseluruh wilayah Indonesia dan dengan sebutan khas daerah
masing-masing pula. Di Jakarta alat transportasi ini dikenal dengan nama sado.
Istilah lain yang dikenal masyarakat adalah Dokar. Sebagian
kalangan menyakini nama dokar berasal dari Bahasa
Inggris dog car. Keberadaan dokar sebagai salah satu warisan budaya
Jawa memberikan ciri khas tersendiri di tempat-tempat wisata,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar