.
Ya Allah, ampunilah ibuku, maafkanlah Dia, muliakanlah tempatnya,
luaskanlah tempat masuknya, sucikanlah Dia dari segala kesalahan
sebagaimana pakaian disucikan dari najis. Gantikan untuknya rumah yang
lebih baik dari rumahnya. Masukanlah ke dalam surga dan lindungilah Dia
dari azab kubur dan azab neraka. Hingga hari ini saya sangat menyesal
belum sempat membuat Ibuku bahagia. Kehilangan beliau membuatku terasa
hampa, tidak ada lagi suara lembut dari bibirnya
.
Sakit yang di derita ibuku selama tiga tahun terakhir yang tak kunjung
membaik membuat ibu serasa putus asa, tetapi dengan dorongan semangat
yang besar Ibu bisa bertahan dan bisa membuat suami dan anak anaknya
tersenyum bahagia. Itulah kenapa sampai saat ini saya seolah tidak
percaya bahwa Ibu telah tiada.
.
Hari Selasa tanggal 23 Agustus 2016 sekitar pukul 03:15 pagi adik saya
menginfokan dari rumah sakit di Kebumen lewat group WA keluarga bahwa Ibu telah di panggil oleh sang
Maha kuasa, yang memang pada malam itu saya tidak bisa tidur. Sesaat
terdiam, tak terasa air mata keluar, ku bangunkan istiku, segera
berkemas pulang kampung, dan seketika itu juga anak anaku terbangun
mungkin karena terdengar suara gaduh. Setelah menempuh perjalanan dari
ba'da sholat subuh, sekitar pukul 13:15 WIB sampailah dirumah dimana
saya dilahirkan dan dibesarkan oleh kedua orang tuaku. Di halaman rumah
sudah banyak kursi dan tamu, saya berusaha bersikap tenang jangan sampai
air mataku keluar, seya sengaja lewat pintu samping karena belum siap
melihat Ibu secara langsung, sambil berlalu setiap orang yang ku lewati
memberikan salam. Setelah dirasa siap, baru saya berani menemui Ibu di
ruang tamu.
.
Saat itu saya melihat tubuh terbaring tertutup rapat kain bermotif
batik, saya berusaha menjaga air mata jangan sampai keluar ku dekati
agar bisa melihat wajah ibuku untuk terahir kali, saya berusaha membuka
ikatan tali kain kafan yang menutupi wajah Ibuku, hampir saya tidak bisa
menguasai diri, tetapi adik saya dari belakang selalu mengingatkan
jangan sampai nangis. Ikatan kain kafan yang begitu kuat saya tidak bisa
melihat Ibu secara sempurna akhirnya saya sudahih, sudah cukup bisa
melihat rambut, kepala, kening dan mata ibu, kemudian saya berlalu ke
kamar mandi ku tumpahkan airmataku, toh ga ada yang liat.
.
Hari itu aku kehilangan orang nomor satu yang ku cintai dan tempatku
mengadu, berkeluh kesah, bermanja hari itu telah benar benar tiada. Duh
hai Ibu.........!!!!!!, perempuan yang baik hati dan penyabar kau telah
pergi. Telah benar benar meninggalkan kami, aku harap Bapaku selalu
sehat dan kuat. Tidak sakit sakitan seperti Ibuku. Bapakulah yang
mendidiku dengan disiplin tinggi dalam segala hal.
.
Masih ku ingat dalam ingatanku ketika ku pulang ke rumah Ibulah yang
paling sibuk menyambutku dengan mempersipakan makanan dan minuman,
Begitu juga ketika saya kembali merantau beliaulah paling repot
mempersiapkan ole ole dan bekal makanan selama di perjalanan.
.
Ibu.. masih ku kenang betapa gigihnya beliau mengasuh saya dan adik
adiku, ketikaku mau berangkat sekolah Ibu pagi pagi sudah bangun
terlebih dulu untuk mempersiapkan sarapan pagi, Ketika Bapaku pulang
kerja Ibuku sudah mempersiapkan air minum kesukaanya dan makan siang
tersusun rapi di meja makan.
.
Masih terbayang betapa perkasanya Ibuku mengangkut berbagai jenis
sayuran dengan sepeda onthel untuk di jual kembali di rumah. Belum
hilang di ingatanku ketika Ibuku berkeliling desa menjajakan baju
daganganya dengan mengayuh sepeda ontel. Dua mesih jait dan satu mesin
obras bukti kegigihan Ibuku dalam membantu Bapaku membesarkan dan
mendidik anak anaknya, yang kini jadi barang bersejarah.
.
Ibu.. kau bagai lentera yg mampu terangi dan hangatkan jiwa anak anakmu,
disaat anakmu gundah dan takut seperti ini biasanya kau temani dan
kau berikan semangat sambil berucap “tetaplah bersabar dan berdoa”. Tak
terhitung berpa banyak cinta yg kau berikan, tak terhitung berapa banyak
nyanyian yg kau nyanyikan di
kala anak anakmu akan terlelap, sungguh kasihmu telah membuaiku…
.
Ku anter jasad Ibuku sampai di peristirahatan terahir di desa dimana Ia
di lahirkan dan di besarkan. Dengan kedua adiku, ku bopong, ku peluk dan ku
baringkan di peristirahatan yang teahir kalinya, kembali air mataku ingin
keluar dari kelopaknya tetapi sekuat tenaga ku tahan agar air mataku
tidak menetes.
.
Sampai benar benar jasad Ibuku sudah tak terlihat lagi, orang orangpun
sudah mulai meninggalkan tempat itu, hanya tersisa saya Bapaku dan adik
adiku bersimpuh sambil melihat kayu bertulisan nama Ibuku. Lama kami
tidak beranjak, terdiam, mungkin masing masing sedang membayangkan wajah
Ibunya. Setelah beberapa waktu, akhirnya kami sekeluarga meninggalkan
Ibu sendirian di tempat itu. Dari kejauan hanya terlihat tanah merah
dengan dua kayu nisan dan taburan bunga di atasnya.
Oh ibu.. andai bisa kuputar kembali waktu.. aku ingin bersujud mencium
kakimu.. atas apa yang telah engkau berikan selama ini padaku, yang
telah merawat aku, yang telah mendidik aku, yang telah menyayangiku,
yang telah mencintaiku tanpa terpupus waktu hingga ajal kini
menjemputmu… maafkan aku ibu yg belum bisa berbuat banyak untukmu, yang
belum sempat membalas segala kebaikan yang tak terkira sepanjang
hariku..
Ya Allah.. ku menangis bukan karena ketidak ikhlasan akan
kuasaMu. tapi ini adalah penyesalan yang dalam atas apa yang selama
ini aku lakukan terhadap ibuku. Terkadang aku membantahnya. Terkadang
aku juga menampakkan wajah cemberut di hadapnya, bahkan terkadang aku
juga mengatakan kata-kata yang tak pantas untuknya. Aku mengira bahwa
waktu ini terjadi nanti hingga ku ulur ulur waktu untuk tidak memeluknya. Astaghfirullah...
Wahai Ibu yang telah di sisiNya, ini anakmu memohon maaf atas segala
salah dan khilaf yang belum mampu membuatmu bahagia, yang belum mampu
membuat engkau bangga. Ya Allah Engkau tempat meminta, kini aku meminta
semoga Engkau berikan tempat yang terbaik untuknya, sebuah tempat yang
tidak lagi ada duka, sebuah tempat yang penuh keindahan taman taman
syurga, jadikan Dia ratu bidadari di syurgaMu. Dan berikan aku kekuatan
untuk membuat dia bangga untuk menjadi anak yang sholeh yang mampu
meneduhkan kehidupan kelak ketika tiba hari dimana tidak ada hari selain
naunganMu. Ya Allah... beri aku kekuatan untuk baik yang kebaikanya
akan kupersembahkan untuk Ibuku, sebagai rasa sesal dan salahku selama
ini yang kurang begitu peduli padanya. Astagfirullah....
Ibu...., aku meminta maaf, dahulu sewaktu engkau masih ada di sini
bersamaku. aku tidak menyadari betapa kehadiranmu adalah sesuatu yang
sangat berarti bagi kehidupanku, tetapi kini, ketika tak lagi kudengar
suaramu, ketika tak lagi kulihat dirimu, betapa sepi hiduku, dulu ku
selalu bercerita tentang keberhasilanku di perantauan. Ya.. Allah
maafkan aku. Belum juga aku meminta maaf padanya atas segala salah dan
ucap dan salah tingkah yang aku perbuat terhadapnya yang mungkin membuat
Ibu menangis saat sendiri, dan tidak ditampakkanya tangis itu demi aku.
Ya.. Allah ampuni aku, ampuni Ibuku.
.
.