Jalan antara rumah Bp.Turiman dan Bp.Adi dilihat dari arah selatan |
Kalau kita membayangkan masa kecil di kampung dulu, tentunya banyak hal yang indah dan mengharukan. Karena disitulah berbagai macam kenangan akan muncul terutama saat bermain bersama teman-teman. Permainan tempo dulu yang merupakan permainan tradisional yang merupakan warisan turun temurun. Kita mungkin sudah melupakan maupun tidak mengajarkan kepada generasi kita maupun anak kita, namun seiring kemajuan teknologi, saat ini anak-anak cenderung bermain dengan jenis permainan elektronik dan internet, apalagi dengan maraknya jejaring sosial dan BBM yang tidak menutup kemungkinan seusia anak-anak sudah menikmatinya.Banyak sekali permainan tradisional yang mungkin selama ini terlewatkan begitu saja seperti Main Kelereng, Petek Umpet, Bekel, Gobak Sodor, Main Engklek dll.
Begitu pula dengan tempat dan sarana, tidak usah diragukan lagi untuk jaman sekarang tempat bermain, bisa di dalam gedung yang megah atau tempat-tempat yang butuh biaya sewa mahal. Beda saat jaman saya dulu waktu dikampung Bulupayung yang begitu menawan hatiku. Tempat bermain bisa dimana saja karena memang desaku banyak tempat yang cocok untuk bermain tanpa harus sewa ataupun ijin empunya.
Tempat bermainku dulu sekarang sudah dibangun rumah. |
Beberapa tempat favorit bermain tempo dulu didesakau antara lain yaitu jalan antara rumah Bapak Turiman dan Bapak Adi, dulu tempat itu adalah pelataran samping rumah Mbah Silah almarhum, tempat itu tiap sore selalu rame oleh anak-anak seusia SD. dari mulai tempat tongkrongan hingga main kelereng, karet gelang, gambar wayang dos-dosan, petak umpet, sulamanda, sepeda onthel dll. Tak jauh dari tempat itu masih satu area sedikit lebih kearah selatan yang sekarang menjadi rumah Bapak Yanto dulu adalah rumah Uwa Sindon dan samping rumah Bapak Jono yang sekarang menjadi rumah yang ditempati Bapak Salimun juga tak kalah meriahnya. Ditempat ini bahkan sering dijadikan tempat bermain sepak bola.
Perempatan jalan tengah desa yaitu depan rumah Bapak Sarjono (mas Jalu) dan Bapak Roso, disitu dulu juga rame, bahkan merupakan salah satu tempat yang sangat favorit dari mulai anak kecil, remaja, dewasa hingga orang tua, hanya sekedar duduk-duduk sambil ngobrol dari bermain karet gelang hingga petak umpet baik siang atau malam. Bahkan tempat itu sebagai tolak ukur keramaian desa Bulupayung.
Kalau kita bergeser sedikit kearah timur dari jalan peempatan tersebut dari mulai halaman rumah Bapak Sarjono (mas Jalu) hingga rumah Bapak Karto Saikan almarhum (Bapak Gondar) bahkan hingga sampai pinggir desa sebelah timur ditempat itulah tempat-tempat bermain yang sangat mengasikan jangankan saat musim kemarau saat musim hujanpun tempat itu selalu ramai oleh anak-anak untuk bermain. luar biasa..
Perempatan jalan tengah desa yaitu depan rumah Bapak Sarjono (mas Jalu) dan Bapak Roso, disitu dulu juga rame, bahkan merupakan salah satu tempat yang sangat favorit dari mulai anak kecil, remaja, dewasa hingga orang tua, hanya sekedar duduk-duduk sambil ngobrol dari bermain karet gelang hingga petak umpet baik siang atau malam. Bahkan tempat itu sebagai tolak ukur keramaian desa Bulupayung.
Kalau kita bergeser sedikit kearah timur dari jalan peempatan tersebut dari mulai halaman rumah Bapak Sarjono (mas Jalu) hingga rumah Bapak Karto Saikan almarhum (Bapak Gondar) bahkan hingga sampai pinggir desa sebelah timur ditempat itulah tempat-tempat bermain yang sangat mengasikan jangankan saat musim kemarau saat musim hujanpun tempat itu selalu ramai oleh anak-anak untuk bermain. luar biasa..
Jalan setapak didepan dan samping rumah Bp.Somakaryo |
Tak jauh dari tempat itu tepatnya depan rumah bapak Sutimin hingga samping rumah bapak Sumokaryo sampai halaman rumah bapak Nasimin, itu juga tempat bermain anak-anak seusiaku dulu saat masih kecil. Banyak jenis permainnan yang bisa dimainkan di tempat tersebut. Terus kalau kita lanjutkan lagi tidak jauh dari tempat bapak Nasimin tinggal bergeser sedikit kearah utara, ada tanah lapang tak jauh dari tempat pemakaman yang tidak begitu padat. Disitu dulu juga ajang bermain anak-anak kecil hingga orang dewasa karena dahulu ditempat itu ada lapangan volly ball yang rutin dipergunakan tiap sorenya, bahkan tidak sedikit untuk ajang pertandingan volly antar desa.
Masih banyak tempat-tempat yang sering digunakan untuk bermain seperti pelataran rumah mbah Wijaya, pelataran rumah bapak Kasijo dan masih banyak lagi. Begitulah indahnya masa kecilku yang begitu mudahnya mencari tempat bermain tanpa harus berebut hanya untuk sekedar bermain. Beruntung kita hidup dan besar di desa setiap jengkal tanah kosong selalu jadi ajang bermain. Coba kita lihat cerita-cerita orang yang hidup di kota besar hanya sekedar mencari tempat bermain saja sulitnya minta ampun, kadang harus berebut dengan pihak lain atau bermain dengan menantang bahaya... Alhamdulillah .... kita harus tetap bersyukur.....