Selasa, 08 Desember 2015

Rindu Nasi Berkat Kenduri

Nasi kenduri dibungkus daun pisang
Sedulur semua, bagi orang desa pasti paham dengan istilah kenduri, ya... kenduri yang punya nama lain kepungan, atau selamatan yaitu suatu kegiatan doa bersama yang biasanya di lakukan oleh bapak-bapak di salah satu rumah warga atas undangan tuan rumah dengan tujuan untuk mendoakan atau meminta kelancaran dan keselamatan atas rencana dan kegiatan yang akan di lakukan. Kenduri biasanya dilakukan setelah waktu Asyar atau selepas waktu Isya, sesuai kondisi yang punya hajat. Undangan kenduri biasanya di lakukan secara langsung ke tiap rumah dan dilakukan oleh orang yang secara khusus di beri tugas untuk mengundang. Orang yang melakukan kenduri biasanya memakai pakaian lengan panjang/baju koko, memakai sarung dan peci / kopiah. 

Kalau membicarakan soal kenduri/kepungan tidak bisa lepas dari nasi berkat. Khususnya bagi seorang muslim asal Jawa yang masih kental keNUannya. Nasi berkat adalah hasil kearifan lokal. Di negara asal Islam sendiri tidak ada istilah yang mirip kenduri yang isinya tahlilan, dzikir, berdoa kemudian pulang membawa tentengan nasi berkat. Disini tidak membahas tentang hukum kenduri menurut ajaran Islam, saya hanya ingin mengenang indahnya dan nikmatnya suasana kenduri dengan segala rupanya. 

Di kampung saya desa Bulupayung Kebumen Kenduri sudah menjadi hal yang lazim, ketika salah satu warga mempunyai hajat atau syukuran. Teringat ketika saya masih kecil Bapak saya pulang kenduri membawa gulungan daun pisang, bentuknya antik dan khas, tentu isinya nasi, serundeng, thempleng/peyek, tempe goreng, tumis kacang panjang, kerupuk, dan tak ketinggalan beberapa potongan/suiran daging ayam ingkung. 

Nasi kenduri
Perkembangan jaman yang begitu cepat rupanya mempengaruhi juga terhadap tradisi kenduri ini, bukan cara atau doa yang berubah tetapi cara pelaksanaan kendurinya. Kalau dulu nasi berkat di bungkus dengan sebatang daun pisang yang digulung, sekarang makin praktis dengan ceting atau berupa wadah yang terbuat dari plastik. Dulu ada daging ayam ingkung sekarang di ganti dengan daging ayam goreng dan telur bulet yang direbus. 

Memang yang sekarang lebih praktis dibanding dengan menggunakan daun pisang, tetapi menurut saya nilai historisnya jauh sangat berbeda. Kenikmatan nasi kendurinya juga sangat berbeda. Dulu yang punya hajat kenduri menyediakan dahan daun pisang sebagai alas pembungkus nasi dan lauknya, beberapa tumpeng nasi, satu ayam daging utuh, beberapa piring lauk seperti sayur kacang panjang, serundeng, peyek, tempe, aneka macam lalaban dll. Kemudian semua itu dibagi ke peserta kenduri, biasanya yang membagi adalah orang-orang tertentu yang dianggap mampu, barulah undangan bisa makan bersama.

Isi nasi berkat kenduri bungkus daun pisang
Yang seperti itu sekarang di kampungku tidak bisa ditemukan lagi karena sudah di runbah. Orang yang menghadiri undangan kenduri cukup duduk manis mendengarkan sambutan dan doa dari orang yang di kasih amanat oleh yang punya hajat. setelah itu dibagikan nasi yang sudah tertata rapi dalam sebuah tempat, setelah itu pulang deh.... Sedikit sekali undangan yang mencoba menyantap nasi kendurinya mungkin malah tidak ada yang menikmati nasinya.

Begitulah, jaman telah merubah segalanya tak terkecuali tradisi kenduri yang penuh nilai history sudah tidak ada lagi...