Minggu, 09 Januari 2011

Pantai Petanahan Kebumen


Aku dan keluarga ketika menikmati Pantai Petanahan


Setiap lebaran saya dan keluarga selalu menyempatkan tempat faforit saya yaitu pantai Petanahan. Walau terik matahari begitu menyengat kulit tapi tidak afdol kalau ga di datangi. Munkin karena terbawa suasana dengan riuhnya para pengunjung pantai tersebut sambil iseng-iseng cuci mata…  
Pantai Petanahan yang terletak dibibir samudera Indonesia, tepatnya di pantai selatan Jawa Tengah. Membentang panjang dari ujung barat (pantai Karangbolong) sampai ke muara sungai Lukulo. Tepatnya di Desa Karanggadung Kecamatan Petanahan ini, nampaknya memang mempunyai kekhasan tersendiri. Seolah ada daya pikat bagi pengunjung yang pernah datang. Sekalipun mereka hanya untuk menikmati deburan ombak laut yang seolah berkejaran tak ada henti-hentinya
Untuk mencapai pantai Petanahan, yaitu melalui jalur lintas selatan Propinsi Jawa tengah, tepatnya jika melalui Karanganyar, dari pertigaan Guyangan-Sruweng belok ke selatan terus sampai ke desa Karanggadung dan lokasi pantai, dengan jarak sekitar ± 12 km.
Ombak di pantai Petanahan tergolong tinggi dan ganas, dengan ketinggian rata-rata 3 s/d 5 meter. Sehingga pantai Petanahan dikategorikan sebagai pantai yang berbahaya bagi pengunjung, dan para pengunjung dilarang keras mandi di laut.
Pemandangan di pantai Petanahan memang mengasyikan, memandang ombak bergulung-gulung yang tiada henti, dan sejauh mata memandang adalah laut biru yang dalam. 

Beginilah Ombak pantai Petanahan

Setelah berjalan-jalan menelusuri pantai yang begitu luas, dengan menyaksikan deburan ombak laut yang bekejar-kejaran, kita bisa menyaksikannya dengan duduk-duduk santai di pengunungan pantai tersebut yang sekelilingnya ini terdapat tumbuhan cemara dan pohon pandan yang mempunyai mitos sendiri, karena di situ terdapat tempat untuk bertapa yang disebut Pandan Kuning.
Menurut warga setempat Pandan kuning mempunyai kisah tersendiri yaitu, Menurut para sesepuh, tokoh masyarakat dan buku legenda yang ditulis oleh Dinas Pariwisata setempat, pada sekitar tahun 1601, yakni pada masa pemerintahan Mataran yang Rajanya Sutawijaya, lahirlah seorang gadis cantik dan jelita bernama Dewi Sulastri yang mempunyai sifat mulia.
Darah bangsawan yang melekat pada dirinya ternyata mengekang dengan adat yang terjadi di lingkungannya. Dewi Sulastri adalah anak dari seorang Bupati Pucang Kembar. Ayahnya tak lain adalah Bupati Citro Kusumo yang memang cukup disegani oleh warganya.
Ternyata, Sulastri oleh ayahnya telah dicalonkan dengan Joko Puring. Seorang Adipati di Bulupitu. Tetapi si jelita ini menolaknya  Joko Puring ini juga cukup keren, namun Lastri tak merasa adanya getaran cinta.
Makanya, begitu ada seorang bernama Raden Sujono, sekalipun hanya seorang anak Demang dari Wonokusumo, yang datang untuk mengabdi menjadi seorang pembantu, Lastri dengan berbagai argumentasi pada ayahnya agar orang tersebut diterima sebagai abdi dalem di Pucang Kembar.
Terjadilah cinta segitiga antara Joko Puring dan Raden Sujono yang sama-sama mencintai Dewi Sulastri yang cukup kece itu. Bedanya, cinta Raden Sujono bahkan sangat diharapkan oleh putri citra Pucang Kembar, sedang Joko Puring cintanya tak kesampaian. Cinta segitiga ini akhirnya berkembang menjadi huru-hara bagi Kabupaten Pucang Kembar. Namun dengan modal tampan dan kesungguhannya, Raden Sujono berhasil mempersunting Ratu Ayu Kabupaten Pucang Kembar menggantikan Citro Kusumo menjadi bupati di Kabupaten tersebut.
Prahara cinta ini tak berhenti sampai di sini, sekalipun sudah dipertaruhkan dengan adanya Sayembara dan dimenangkan oleh Raden Sujono. Buntutnya ketka suami Sulastri sedang menjalankan tugas negara memberantas berandal, atau preman-preman, secara ekbetulan Joko Puring bisa membawa lari Sulastri sampai ke Pantai Karanggadung yang sekarang dikenal sebagai Pantai Petanahan.
Tetapi hal tersebut diketahui oleh Raden Sujono dan akhirnya terjadi lagi pertarungan yang maha dahsyat dua satria yang memang punya kesaktian. Namun begitu, Sulastri akhirnya bisa direbut kembali oleh suaminya. Dalam versi lain disebutkan, bahwa ketika Sulastri diikat pada pohon Pandan ternyata ada suatu keajaiban.
Pandan tersebut beruabah menjadi Pandan Kuning dan nama tersebut digunakan untuk memberi nama tempat istirahatnya Sulastri dan suaminya, setelah Joko Puring berhasil dihalau pergi entah kemana. Sedang Sulastri yang telah dibawa pergi oleh Joko Puring tetap tak mau menerima cinta Joko Puring seklipun diancam akan dibunuh.
Inilah kesetiaan dari Dewi Sulastri terhadap suaminya yang sejak awal memang didambakan. Prinsipnya, sekalipun ditinggal tugas oleh suaminya sekian lama, toh tak mengurangi kadar cintanya, bahkan sudah tak ada tempat lagi bagi lelaki lain.
Begitu perjuangan mempertahankan istrinya dari Joko Puring berhasil, kedua pengantin baru ini mempertahankan istrinya dari Joko Puring berhasil, kedua pengantin baru ini beristirahat di bawah semak-semak pandan yang ada di Pantai Petanahan yang indah tersebut. Apalagi keduanya sudah lama berpisah, tentu merupakan saat terindah bagi Sulastri dan Raden Sujono.
Begitu keduanya cukup beristirahat dan memadu kasih, segeralah keduanya meninggalkan pandan yang rimbun tersebut yang telah mengukir cinta keduanya. namun sebelumnya, Raden Sujono konon ditemui oleh Ny Loro Kidul. Maksudnya tempat yang telah digunakan oleh keduanya beristirahat ini diminta menjadi tempat peristirahatan, atau pesanggrahan Ny. Loro Kidul.
Sejak itu pula, sepeninggalan Dewi Sulastri si mantan Putri Citra Pucang Kembar, dengan leluasa tempat tersebut digunakan oleh Ny. Loro Kidul. Sejak itu pula, tempat tersebut dimanfaatkan orang untuk semedi dan mengheningkan cipta.
Menurut beberapa sumber, banyak sudah orang yang percaya melakukan tapa di tempat tersebut yang berhasil, bahkan ada yang sampai membangun tempat tersebut. Selain itu, orang-orang yang merasa berhasil semedi di tempat ini setiap malam Jum'at Kliwon Bulan Syura diadakan upacara larungan. Ini dimulai sejak siang hari sampai menjelang ayam berkokok.
Ada tips berkunjung ke pantai Petanahan : Jangan memakai pakaian hijau gadung, karena warna tersebut merupakan warna kesukaan Nyi Loro Kidul, sehingga bagi yang memakai warna tersebut kemungkinan akan "tersesat dan hilang". Jangan mandi di laut, karena hempasan ombak sangat besar dan ganas. Jangan berdiri air laut terlalu jauh dari bibir pantai, karena arus air di pasir jauh lebih cepat daripada arus permukaan. Bawa topi, payung dan kacamata hitam, untuk menghindari radiasi matahari, karena sangat panas oleh sinar matahari. Pakailah sandal, tidak perlu pakai sepatu. Jangan membiarkan anak kecil bermain pasir sendirian dan masuk ke air laut. Selalu waspada, karena ombak sewaktu-waktu dapat menggulung sampai jauh ke bibir pantai. Ingat.....sudah banyak nyawa melayang di pantai Petanahan karena terseret ombak.

Suasana pantai Petanahan sekarang
Terakhir saya kesana sudah mulai banyak bangunan baru yang berdiri dan untuk masuk ke lokasi sudah ada penjaga tiketnya. Berarti pemerintah Kabupaten Kebumen sudah mulai membaca betapa pentingnya kawasan pantai tersebut untuk di kelola agar bisa menambah devisa daerah…yah..wis lah..ora papa..yang penting daerahku bisa makmur gejibar-jibur…..

Pantai Petanahan Saat Ini